Konservasi Elang Jawa Butuh Kolaborasi Multipihak

PERINGATAN Tiga Dekade Konservasi Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) menjadi momentum penguatan komitmen bersama dalam menyelamatkan salah satu satwa kharismatik Indonesia yang populasinya kian terbatas.

Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki menegaskan pentingnya kolaborasi multipihak untuk menjaga keberlangsungan Elang Jawa, yang saat ini diperkirakan hanya tersisa 600–700 individu di habitat alaminya di Pulau Jawa.

“Elang Jawa merupakan indikator kesehatan ekosistem hutan di Jawa. Kita harus memastikan habitatnya tetap lestari agar populasinya dapat meningkat,” ujar Rohmat.

Untuk memperkuat perlindungan, pemerintah tengah memproses sejumlah usulan kawasan konservasi baru di Pulau Jawa sebagai upaya menjaga habitat-habitat terakhir Elang Jawa dengan status perlindungan yang lebih kuat.

BACA JUGA  Gakkum Tangkap Pelaku Galian C Ilegal di Taman Nasional Kutai

“Ini adalah komitmen kami untuk menjaga habitat Elang Jawa agar tetap aman dan berkelanjutan,” jelasnya.

Rohmat juga menekankan bahwa upaya konservasi tidak dapat hanya mengandalkan peran pemerintah. Dukungan dari akademisi, organisasi nonpemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat luas dinilai sangat krusial.

“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi menjadi kunci keberhasilan konservasi,” tegasnya seraya mengapresiasi peran Burung Indonesia, Raptor Indonesia, serta dunia usaha seperti PT Djarum yang aktif mendukung pelestarian Elang Jawa.

Ke depan, Kementerian Kehutanan akan menyusun Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Elang Jawa 2026–2035, serta memperkuat penilaian Daftar Merah Nasional sebagai instrumen untuk meningkatkan efektivitas perlindungan satwa.

“Peningkatan nilai Red List Index berarti kita berhasil menurunkan risiko kepunahan. Ini merupakan pekerjaan jangka panjang yang akan dievaluasi setiap tahun,” ujar Rohmat.

BACA JUGA  Empat Regulasi Baru Dorong Pasar Karbon Indonesia

Menutup pernyataannya, Wamenhut mengajak seluruh pihak untuk menjaga keanekaragaman hayati Indonesia secara lintas generasi. “Pelestarian satwa adalah pelestarian masa depan bangsa,” tandasnya. (*/S-01)

Siswantini Suryandari

Related Posts

Awas! Siklon Tropis Bakung dan Bibit Siklon Bisa Akibatkan Gelombang Tinggi

PERAIRAN Samudera Hindia di sebelah selatan Jawa dimungkinkan terjadi gelombang tinggi pada Minggu (14/12) pukul 07.00 WIB hingga Selasa (16/12) pukul 07.00 WIB. Prakirawan BMKG Yogyakarta Romadi menjelaskan, kondisi sinoptik,…

Ironi Gajah Sumatra Bantu Bersihkan Habitat Mereka yang Dirusak Manusia

BALAI Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyertakan empat ekor gajah sumatera (Elephamus maximus sumatranus) bernama Abu, Mido, Ajis, dan Noni untuk ikut membantu membersihkan puing-puing pascabanjir bandang di Pidie…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Tim Tenis Indonesia Sukses Kawinkan Medali Emas SEA Games

  • December 13, 2025
Tim Tenis Indonesia Sukses Kawinkan Medali Emas SEA Games

Awas! Siklon Tropis Bakung dan Bibit Siklon Bisa Akibatkan Gelombang Tinggi

  • December 13, 2025
Awas! Siklon Tropis Bakung dan Bibit Siklon Bisa Akibatkan Gelombang Tinggi

Ironi Gajah Sumatra Bantu Bersihkan Habitat Mereka yang Dirusak Manusia

  • December 13, 2025
Ironi Gajah Sumatra Bantu Bersihkan Habitat Mereka yang Dirusak Manusia

Jelang Nataru, Wali Kota Semarang Pastikan Harga Bahan Pokok Terkendali

  • December 13, 2025
Jelang Nataru, Wali Kota Semarang Pastikan Harga Bahan Pokok Terkendali

Gubernur Jateng Minta Anggota PDGI Menyebar Sampai Desa

  • December 13, 2025
Gubernur Jateng Minta Anggota PDGI Menyebar Sampai Desa

Pemprov Jateng Beri Bisyarah untuk Penghafal Al Quran

  • December 13, 2025
Pemprov Jateng Beri Bisyarah untuk Penghafal Al Quran