
PEMERINTAH Indonesia tengah mengkaji pemanfaatan Bandara Thaif sebagai alternatif entry point dan home base bagi penerbangan jemaah haji Indonesia. Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, sekaligus mempercepat proses pemulangan jemaah ke Tanah Air.
Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, Muhadjir Effendi, mengungkapkan bahwa pengelola Bandara Thaif menyambut positif rencana kerja sama ini.
“Secara teknis, bandara ini sangat layak untuk melayani penerbangan haji. Jaraknya ke Makkah hanya sekitar 70 km, bahkan lebih dekat dibanding Bandara Jeddah. Saya sudah mencoba akses jalan ke sana, tidak sampai satu jam,” ujar Muhadjir di Jeddah, Selasa (10/6), dikutip dari laman resmi Kementerian Agama.
Bandara Thaif saat ini telah dilengkapi dua landasan pacu yang mampu melayani pesawat berbadan lebar seperti Boeing dan Airbus. Operasional bandara berlangsung 24 jam, dan saat ini melayani penerbangan dari 11 maskapai domestik dan internasional, termasuk dari Iran, Mesir, dan Qatar.
Namun demikian, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan, khususnya terkait kapasitas terminal internasional yang saat ini hanya mampu menampung sekitar 500 penumpang.
“Pengelola bandara menyatakan siap memenuhi permintaan kita, termasuk kemungkinan memperbesar terminal jika nantinya ada kesepakatan resmi,” jelas Muhadjir.
Ia juga menyampaikan bahwa pihak bandara menyanggupi penambahan slot penerbangan hingga 10 slot per hari.
“Saat ini, total slot penerbangan haji kita berkisar antara 17 hingga 20 slot per hari. Penambahan slot dari Thaif bisa sangat membantu. Dengan begitu, masa tinggal jemaah di Arab Saudi dapat dipersingkat, yang tentunya berdampak pada efisiensi biaya,” tambahnya.
Usulan pemanfaatan Bandara Thaif ini akan segera dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo.
“Keputusan akhir tentu ada di tangan Presiden. Namun, dari hasil pembicaraan awal, peluang ini sangat positif dan bisa menjadi langkah strategis ke depan,” pungkas Muhadjir. (*/S-01)