Penutupan TPA Terbuka Ada Pergeseran Paradigma Lingkungan

PENUTUPAN Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terbuka atau open dumping sebanyak 343 di sejumlah daerah telah terjadi pergeseran paradigma dalam tata kelola lingkungan.

Kebijakan penutupan ini, kata pakar lingkungan hidup Universitas Gadjah Mada Dr. Ir. Wiratni Budhijanto mencerminkan terjadinya pergeseran paradigma dalam tata kelola lingkungan.

Ia menegaskan perubahan paradigma ini menuntut kesiapan sistemik dari pemerintah daerah serta kesadaran kolektif masyarakat.

Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM ini menjelaskan secara prinsip saat ini yang terjadi di seluruh daerah terdapat dua jenis sistem pengelolaan akhir sampah, yaitu open dumping dan sanitary landfill.

Dalam sistem open dumping, katanya berarti sampah hanya ditumpuk begitu saja tanpa perlakuan lebih lanjut.

Sedangkan pada sanitary landfill, setiap lapisan sampah harus diurug dengan tanah agar proses pembusukan berjalan lebih baik dan dampak lingkungannya dapat ditekan.

“TPA di berbagai daerah semestinya mengadopsi sistem sanitary landfill. Namun, realitanya tidak selalu demikian. Karena sampah datang terus, pemerintah nggak bisa nunggu tanahnya ada atau bisa dibeli,” kata Wiratni, Selasa (22/4).

BACA JUGA  Ahmad Luthfi: TPST Regional Jadi Solusi Atasi Sampah Jateng

“Akhirnya TPA yang seharusnya sanitary landfill jadi open dumping juga. Padahal ini jelas tidak boleh,” jelasnya.

Selain memperburuk bau dan estetika, sistem terbuka ini juga menyebabkan proses pembusukan yang sangat lambat, menciptakan ‘gunung sampah’ yang tak kunjung hilang.

TPA Piyungan sendiri, lanjutnya, sudah sejak lama menunjukkan tanda-tanda kritis. Selain volume yang jauh melebihi kapasitas rancangannya, keberadaan permukiman yang semakin mendekat ke kawasan TPA menambah risiko sosial dan kesehatan.

Keputusan untuk menutup TPA tersebut tidak bisa dilepaskan dari urgensi multidimensi, mulai dari teknis, ekologis, hingga sosial.

“Sejak lima atau sepuluh tahun lalu sebetulnya TPA Piyungan itu sudah penuh. Dari aspek desain, lingkungan, dan sosial, memang sudah tidak layak lagi digunakan,” tegasnya.

BACA JUGA  Darurat Sampah, KLH/BPLH Perkuat Aksi Bersih Sampah

Penutupan TPA terbuka mengedukasi warga

Wiratni menegaskan momen ini sebagai peluang besar untuk mengubah pola pikir masyarakat terhadap sampah. Selama ini, keberadaan TPA justru memperkuat kebiasaan buruk membuang sampah tanpa pikir panjang.

“Kalau TPA ditutup, masyarakat jadi mikir. Buang sampah jadi susah, kita mulai introspeksi. Makan jangan sampai sisa, kemasan dikurangi, bawa tumbler sendiri. Ini mendidik,” ujarnya.

Di samping itu, kebijakan penutupan TPA open dumping juga  diharapkan mendorong masyarakat untuk mulai memilah sampah, mengomposkan limbah organik di rumah, dan lebih sadar akan konsumsi sehari-hari.

Ia menyebutkan kebijakan ini juga menguji kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan sistem desentralisasi pengelolaan sampah.

Setiap kabupaten/kota bertanggung jawab atas pengelolaan sampahnya sendiri. Wiratni menggambarkan kondisi ini seperti melepas bayi ke jalan raya.

Menurutnya desentralisasi yang ideal seharusnya dilakukan secara bertahap, disertai dukungan teknis dan pendampingan dari pemerintah provinsi maupun pusat.

BACA JUGA  Indonesia Akhiri Era Open Dumping, Masuki Tahap Energi Hijau

Sebagai bagian dari upaya masif edukasi publik, saat ini UGM bersama sejumlah perguruan tinggi lain di Indonesia merancang program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bertema edukasi persampahan secara serentak.

Para mahasiswa akan turun langsung ke masyarakat untuk melakukan edukasi dari rumah ke rumah, dengan pendekatan persuasif.

“Semua kampus akan turunkan mahasiswa KKN untuk melakukan edukasi ke rumah-rumah. Ini supaya masyarakat bisa lebih sadar, seberapa besar sampah yang mereka hasilkan dan bagaimana mereka bisa mengurangi,” tuturnya.

Wiratni mengajak warga masyarakat dan pemda agar menjadikan momentum penutupan TPA open dumping ini sebagai titik balik perbaikan sistem dan budaya. (AGT/S-01)

Siswantini Suryandari

Related Posts

Medsos dan Film Bisa Ubah Stereotip STEM Bagi Perempuan

SEKTOR Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematik (STEM), hingga kini kerap dianggap masih didominasi laki-laki. UNESCO melaporkan dari International Labour Organization di 2020, perempuan Indonesia yang bekerja di sektor STEM hanya…

Rayakan 1.169 Tahun Prambanan, Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka

SIWA GRHA atau Rumah Siwa yang kini dikenal sebagai Candi Prambanan, pada Rabu (12/11) berulang tahun ke-1169. Hal itu mengacu pada peresmian candi tersebut oleh Maharaja Kayuwangi dari Dinasti Sanjaya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Medsos dan Film Bisa Ubah Stereotip STEM Bagi Perempuan

  • November 12, 2025
Medsos dan Film Bisa Ubah Stereotip STEM Bagi Perempuan

Rayakan 1.169 Tahun Prambanan, Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka

  • November 12, 2025
Rayakan 1.169 Tahun Prambanan, Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka

Wujudkan Transformasi Digital, KAI Logistik Operasikan Command Center

  • November 12, 2025
Wujudkan Transformasi Digital, KAI Logistik Operasikan Command Center

Cegah Banjir, Pemkot Semarang Remajakan Pompa dan Kolam Retensi

  • November 12, 2025
Cegah Banjir, Pemkot Semarang Remajakan Pompa dan Kolam Retensi

DPD Kaukus Perempuan Politik Indonesia Diminta Beri Edukasi

  • November 12, 2025
DPD Kaukus Perempuan Politik Indonesia Diminta Beri Edukasi

Gubernur Jateng Harap RUU Perlindungan Konsumen segera Ditetapkan

  • November 12, 2025
Gubernur Jateng Harap RUU Perlindungan Konsumen segera Ditetapkan