
PEMERINTAH pusat dan daerah sinergi menanggulangi banjir di wilayah Pantura Jawa Tengah. Melalui sinergi antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, berbagai langkah terpadu dilakukan untuk mempercepat penanganan banjir dan mencegah dampak yang lebih luas.
Pemerintah terus berupaya mencegah dampak bencana yang lebih besar di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah. Melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, langkah-langkah terstruktur dilakukan untuk mempercepat penanganan banjir.
BNPB telah melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) selama 10 hari di wilayah Jawa Tengah. Upaya ini bertujuan mendukung penanganan darurat sekaligus mitigasi banjir dengan cara mengurangi curah hujan di daerah terdampak.
Bahan semai berupa Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) ditaburkan ke bibit awan hujan agar hujan turun di wilayah aman dan tidak memperparah genangan.
“Di udara kita telah melakukan OMC dengan mengerahkan dua pesawat untuk mereduksi hujan,” jelas Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto di Kota Semarang, Senin (3/11).
Selain upaya udara, pemerintah juga memperkuat pompanisasi di darat untuk menguras kolam retensi dan membuang genangan air ke laut. Penambahan serta perbaikan mesin pompa terus dilakukan agar berfungsi maksimal.
“Di darat sudah ada rencana besar pengendalian banjir. Pompa-pompa rusak sudah diperbaiki dan kapasitasnya ditingkatkan,” ujarnya.
Sinergi atasi banjir dengan OMC dan kolam retensi
Pemprov Jawa Tengah juga memperlebar jalur pembuangan (outlet) kolam retensi Terboyo agar debit air yang mengalir ke Laut Jawa meningkat dari 20 ribu menjadi 30 ribu meter kubik.
“Hambatan yang ada sudah dibuka sehingga hasilnya luar biasa. Debit air kini meningkat signifikan,” tambah Suharyanto.
Dari tinjauannya di muara Sungai Sringin dan Babon, Kepala BNPB mengapresiasi sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan TNI dalam menangani banjir yang sempat melumpuhkan wilayah utara Kota Semarang.
“Semua kekuatan telah bersatu. BNPB mendukung dengan OMC, pompa, serta peralatan operasional. Pemerintah daerah dan Pangdam IV/Diponegoro juga menurunkan personel untuk satgas pompanisasi,” tegasnya.
Berdasarkan koordinasi BNPB dan instansi terkait, banjir di Kota Semarang dipicu oleh cuaca ekstrem pada dasarian kedua Oktober 2025. Meski kini mulai terkendali, BMKG mengingatkan potensi cuaca ekstrem masih tinggi hingga awal 2026.
Kepala BNPB menegaskan pentingnya peningkatan mitigasi, kesiapsiagaan, dan kapasitas masyarakat agar kejadian serupa dapat dicegah atau dampaknya diminimalkan di masa mendatang. (*/S-01)







