
PARA petani di sejumlah daerah Provinsi Kalimantan Selatan kini mulai meminati menanam komoditas kopi seiring terus meningkatnya harga jual kopi di pasaran.
Hal ini terungkap dalam perbincangan tim ekspedisi Sekuntum bersama para petani di beberapa kabupaten di kawasan Pegunungan Meratus, Kalsel kemarin.
“Sejak beberapa waktu terakhir para petani di kawasan Meratus mulai banyak yang menanam kopi, selain karet, kayu manis dan pisang,” ungkap Kasman, Ketua Posko Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Selasa (13/5).
Terus membaiknya harga jual kopi di pasaran menjadi salah satu alasan banyak petani meminati menanam kopi. Di sisi lain harga karet yang selama ini banyak ditanam warga fluktuatif.
“Perawatan kopi yang merupakan tanaman tahunan dinilai lebih mudah ketimbang tanaman berumur pendek seperti padi dan sayuran juga menjadi pertimbangan petani,” kata Kasman.
Komoditas kopi dikembangkan di kawasan Meratus
Posko Meratus sendiri membina puluhan petani kopi di kawasan Pegunungan Meratus terutama wilayah Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan.
Sanusi, Koordinator Tim Ekspedisi Sekuntum yang juga pegiat bisnis kopi di Banjarbaru mengatakan dalam beberapa waktu terakhir harga bahan baku kopi (beans) terus meningkat.
“Harga green beans terus meningkat, sementara untuk kopi lokal sulit diperoleh karena produksinya masih terbatas. Pengembangan komoditas kopi ini sangat menjanjikan,” kata Sanusi.
Saat ini harga kopi biji (green beans) berbagai jenis robusta, liberika dan arabika rata-rata mencapai lebih Rp100 ribu perkilogram.
Sesuai kualitas dimana kopi jenis arabika memiliki harga paling tinggi. Sedangkan kopi siap seduh (roasted) harganya jauh lebih tinggi.
Sekuntum merupakan pendatang baru bisnis kopi di Kalsel yang merambah sektor hulu (perkebunan) dan hilir berupa kedai/coffee shop, dengan menu andalan manual brew. (DS/S-01)