Teater Samar, Membawa Cerita Muria di Festival Topeng Internasional

KOMUNITAS seni Samar terpilih untuk mengikuti ajang festival topeng internasional (International Mask Festival) yang akan diselenggarakan pada 15 November 2024 di Balaikota Surakarta.

Festival topeng internasional tahunan sejak tahun 2014 yang diselenggarakan di Kota Solo. IMF menyajikan tarian topeng dari Indonesia dan mancanegara yang ditujukan menjadi sarana diplomasi antar masyarakat dan bangsa melalui tari topeng.

Festival Topeng Internasional 2024 bertema “The Beauty of Solidarity”, yaitu topeng sebagai budaya yang tidak lekang oleh waktu dan tidak ada batasan antar manusia.Budaya  menjadi pemersatu hubungan bangsa dan masyarakat dunia.

Rangkaian acara IMF 2024 yaitu pementasan tari topeng, pameran topeng, workshop melukis topeng, dan Konferensi Nasional Indonesia Mask Organization (IMO).

Dalam kesempatan itu komunitas Seni Samar dengan medium teater mengusung lakon Rananggana dalam episode Barongan Ndas Papat, sebuah penjelajahan di ruang mitologi.

BACA JUGA  Wamen Diktisaintek Resmi Tutup POMNAS XIX 2025

“ Kami mencoba menarasikan penjelajahan kami di ruang mitologi dengan landskap Muria di perhelatan internasional dengan harapan mampu membawa nama baik Kabupaten Kudus, khususnya dalam kesenian. Sekaligus membawa misi untuk memperkenalkan narasi – narasi lokal kabupaten Kudus menjadi kekayaan juga khasanah yang diakui dunia,” ungkap Dian Puspitasri selaku produser sekaligus Ketua Komunitas Seni Samar.

Anyaman bambu

Atribut dan kostum yang dipakai oleh Teater Samar adalah hasil eksplorasi rupa anyaman bambu yang khas dan unik. Bentuk penggalian unsur unsur lokal untuk dimaknai ulang menjadi karya yang mencitrakan isu global. Yakni menyangkut ekologi, sosioculture bahkan sub culture.

Dan cerita – cerita folklor seputar Muria menyimpan banyak kisah sebelum era Islam .

Inilah yang dieksplorasi Teater Samar dalam beberapa naskah yang mereka pentaskan di banyak event.

BACA JUGA  Bulog Surakarta Siap Salurkan Bantuan Pangan Tahap Tiga

Perupaan topeng dan barong Teater Samar bukan wujud yang final. Karena bahan dan bentuknya yang temporer, bambu irat itu seperti mewakili media yang rapuh dan mudah rusak. Namun itu justru menjadi bagian kesadaran spirit mereka bahwa tidak ada yang abadi.

“Apa yang sudah dibentuk, jika rusak akan disusun ulang yang mungkin hasilnya tidak akan sama dengan yang awal. Dan inilah eksplorasi yang terus menerus dan berkelanjutan, ” kata Leo Katarsis sang penggagas sekaligus Sutradara Teater Samar.

Manusia dan alam

Ditandai dengan krisis ekologi global, diskusi mengenai hubungan manusia dan alam semakin relevan. Kita mesti merenungkan kembali bagaimana manusia, sebagai bagian integral dari alam, memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekologis.

BACA JUGA  Tim All Stars Solo Telan Dua Kekalahan di MilkLife Soccer Challenge

Tindakan manusia terhadap alam memiliki konsekuensi yang jauh melampaui kehidupan manusia itu sendiri. Setiap tindakan manusia meninggalkan jejak ekologis.

Salah satu upaya yakni  berusaha memprioritaskan barang yang dapat didaur ulang. Material berasal dari alam dan memiliki nilai intrinsik.

Oleh karena itu, membuang limbah tanpa pemanfaatan kembali adalah bentuk pengabaian terhadap nilai tersebut. Daur ulang menjadi cara untuk menghormati sumber daya yang diambil dari alam.

” Kenapa kita enggan untuk luruh?
Kenapa kita takut untuk hilang ?
Kenapa kita mesti memapas tunas yang bertumbuh, membuncah?
Kenapa kita mesti ragu untuk kembali pulang?” tambah Leo. (Put/W-01)

bowo prasetyo

Related Posts

Medsos dan Film Bisa Ubah Stereotip STEM Bagi Perempuan

SEKTOR Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematik (STEM), hingga kini kerap dianggap masih didominasi laki-laki. UNESCO melaporkan dari International Labour Organization di 2020, perempuan Indonesia yang bekerja di sektor STEM hanya…

Rayakan 1.169 Tahun Prambanan, Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka

SIWA GRHA atau Rumah Siwa yang kini dikenal sebagai Candi Prambanan, pada Rabu (12/11) berulang tahun ke-1169. Hal itu mengacu pada peresmian candi tersebut oleh Maharaja Kayuwangi dari Dinasti Sanjaya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Medsos dan Film Bisa Ubah Stereotip STEM Bagi Perempuan

  • November 12, 2025
Medsos dan Film Bisa Ubah Stereotip STEM Bagi Perempuan

Rayakan 1.169 Tahun Prambanan, Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka

  • November 12, 2025
Rayakan 1.169 Tahun Prambanan, Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka

Wujudkan Transformasi Digital, KAI Logistik Operasikan Command Center

  • November 12, 2025
Wujudkan Transformasi Digital, KAI Logistik Operasikan Command Center

Cegah Banjir, Pemkot Semarang Remajakan Pompa dan Kolam Retensi

  • November 12, 2025
Cegah Banjir, Pemkot Semarang Remajakan Pompa dan Kolam Retensi

DPD Kaukus Perempuan Politik Indonesia Diminta Beri Edukasi

  • November 12, 2025
DPD Kaukus Perempuan Politik Indonesia Diminta Beri Edukasi

Gubernur Jateng Harap RUU Perlindungan Konsumen segera Ditetapkan

  • November 12, 2025
Gubernur Jateng Harap RUU Perlindungan Konsumen segera Ditetapkan