

MUSIM hujan telah tiba. Di negeri ini, itu bukan sekadar fenomena cuaca, tapi juga bencana. Di Jakarta, pekan lalu, misalnya, hujan yang turun hanya beberapa jam , telah menggenangi kawasan Mampang dan Kemang. Di kawasan Pondok Indah dan Dharmawangsa, sejumlah pohon tumbang dan menimbulkan korban jiwa. Di Sukabumi, Jawa Barat, dan daerah-daerah lainnya, banjir bandang menerjang, menggenangi sawah dan pemukiman.
Hujan yang semakin sering turun akhir-akhir ini dan kadang disertai sambaran petir dan angin kencang, menjadi peringatan agar kita waspada. Itu kode alam. Lembaga pemantau cuaca, Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun telah mewanti-wanti, termasuk kemungkinan potensi ancaman siklon tropis dari wilayah selatan Indonesia.
Menyikapi hal ini, kita sebagai anggota masyarakat harus waspada. Pohon tua dan mulai rapuh, sebaiknya dipangkas. Begitu pula sungai dan selokan yamg tersumbat, segera dibersihkan. Kelihatannya sederhana, tapi terkadang kita malas melakukannya. Otoritas yang berwenang tentu harus menjadi garda terdepan, namun warga pun bisa berswadaya, minimal mau membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Banjir dan perubahan iklim
Sejumlah bencana, seperti banjir dan tanah longsor yang hampir setiap hari wara-wiri di beranda media sosial, mestinya membuat kita tergerak agar tidak terdampak bencana serupa. Bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengadakan seminar atau simposium. Harus ada aksi nyata untuk mengantisipasinya, baik jangka pendek, menengah, maupun di masa depan.
Para ahli mengatakan, sejumlah bencana hidrometeorologi ini disebabkan oleh perubahan iklim. Banjir yang menerjang Tiongkok, Vietnam, Filipina, Singapura, hingga New York, adalah bukti bahwa ini merupakan fenomena global, yang mau tidak mau, suka atau tidak suka, harus diantisipasi sejak di tingkat lokal.
Bencana atau musibah memang dapat terjadi kapan dan dimana saja, tapi kita sebagai

manusia bisa mengantisipasi dan meminimalkan dampaknya. Yuk, dari pada sibuk sekral-sekrol menghabiskan waktu nonton konten gak jelas, mending gotong-royong, kerja bakti membersihkan comberan atau got yang mampet di depan rumah. (Adi)









