
WALHI Jateng meminta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengevaluasi kebijakan di daerah hulu.
Manajer Advokasi dan Kampanye Walhi, Iqbal Alma menyinggung bencana longsor di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan menyebabkan 21 orang meninggal dunia dan 5 orang hilang.
Menurutnya penyebab longsor di Petungkriyono bukan hujan deras. Namun adanya perubahan lanskap bentang alam.
“Walhi sangat menolak keras penyebab tunggal terjadinya bencana longsor di Petungkriyono. Pasti ada perubahan lanskap bentang alam yang memperparah itu,” terangnya, Rabu (22/1).
Walhi Jateng meminta Pemprov Jateng mengevaluasi kebijakan terhadap daerah rawan longsor terutama di dataran tinggi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Jawa Tengah sebagai provinsi nomor dua paling rawan bencana secara nasional.
Sementara itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengeluarkan laporan terkait gerakan tanah di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan.
Diketahui gerakan tanah dipicu hujan dengan intensitas tinggi durasi cukup lama. Gerakan tanah terjadi Senin (20/1) pukul 17.30 WIB.
Bencana gerakan tanah yang terjadi diperkirakan berupa longsoran yang berkembang menjadi aliran bahan rombakan, tulis PVMBG dalam laman resminya.
Hal itu dapat dilihat dari material yang terendap berupa material campuran bahan rombakan dipicu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
Aliran bahan rombakan bisa terjadi karena peningkatanerosional/runoff air permukaan pada material batuan/tanah yang mudah lepas atau tidak padu.
Desa Kasimpar diperkirakan merupakan perbukitan dengan kemiringan lereng curam.
Daerah bencana berada pada elevasi antara 1115-1120 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Januari 2025, Desa Kasimpar masuk dalam zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi. (*/S-01)