
PARA pemimpin dunia berkumpul di Mesir untuk menandatangani kesepakatan gencatan senjata di Gaza, dalam upacara yang dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama para mediator dari Mesir, Qatar, dan Turki.
Upacara penandatanganan berlangsung di Sharm el-Sheikh, kawasan wisata tepi Laut Merah, Senin (13/10).
Dalam pidatonya, Trump menggambarkan harapan akan masa depan Gaza yang “bercahaya” sebagai pusat pembangunan dan investasi, meski wilayah itu kini masih porak-poranda akibat serangan dua tahun Israel.
“Hari yang baru dan indah telah terbit, dan kini saatnya membangun kembali,” ujar Trump.
“Membangun kembali mungkin justru menjadi bagian paling mudah karena kami tahu bagaimana membangun lebih baik dari siapa pun di dunia,” tambahnya.
Kesepakatan gencatan senjata ini disambut dengan lega sekaligus cemas oleh masyarakat Gaza. Serangan Israel selama dua tahun terakhir telah menewaskan sedikitnya 67.869 orang, sementara ribuan lainnya diperkirakan masih tertimbun reruntuhan.
Gedung Putih merilis dokumen resmi yang diberi judul “Trump Peace Agreement” atau Kesepakatan Damai Trump yang ditandatangani di Mesir pada Senin pagi waktu setempat.
Deklarasi tersebut diteken oleh Presiden AS Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. Dokumen itu menyebut kesepakatan ini sebagai “komitmen bersejarah” seluruh pihak untuk melaksanakan perdamaian di Timur Tengah.
Kesepakatan ini menegaskan komitmen untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun dan menggambarkan visi kawasan Timur Tengah yang dibangun atas dasar “harapan, keamanan, serta kemakmuran bersama.”
“Kami memahami bahwa perdamaian yang langgeng adalah ketika rakyat Palestina dan Israel dapat hidup makmur dengan hak asasi mereka terlindungi, keamanan terjamin, dan martabat mereka dijunjung tinggi,” demikian tertulis dalam dokumen tersebut.
Kesepakatan itu juga menegaskan keinginan untuk menyelesaikan setiap sengketa di masa depan melalui jalur diplomasi, bukan konflik berkepanjangan.
“Ini adalah babak baru bagi kawasan,” demikian bunyi pernyataan penutupnya. (*/S-01)







