
LEE Jae-myung dari Partai Demokrat resmi terpilih sebagai Presiden Korea Selatan pada Rabu (4/6), menandai comeback politik dramatis setelah kekalahannya di pemilu 2022. Kemenangan ini terjadi di tengah gejolak politik besar akibat pemakzulan dan penggulingan mantan Presiden Yoon Suk Yeol, yang gagal memberlakukan darurat militer tahun lalu.
Dengan seluruh suara telah dihitung, Lee meraih 49,42% atau sekitar 17,3 juta suara, mengungguli rivalnya dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP), Kim Moon-soo, yang memperoleh 41,15%. Selisih suara mencapai 2,9 juta, menjadikan Lee sebagai presiden terpilih dengan perolehan suara tertinggi dalam sejarah pemilu Korea Selatan.
Dalam pidato kemenangannya di Yeouido, Seoul, Lee berjanji akan “mengatasi kekuatan pemberontakan” dan memastikan demokrasi tetap tegak. Ia juga berkomitmen fokus pada pemulihan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
“Saya akan menjalankan misi untuk memulihkan demokrasi dan menghormati rakyat sebagai pemegang kedaulatan,” ujar Lee di hadapan para pendukungnya, didampingi sang istri, Kim Hye-kyung.
Pemilu ini digelar tepat enam bulan setelah Presiden Yoon secara mengejutkan mendeklarasikan darurat militer, memicu krisis politik dan ekonomi terburuk dalam beberapa dekade. Insiden tersebut menjadi pemicu utama pemakzulan Yoon dan mendorong naiknya Lee ke panggung politik nasional.
Partisipasi pemilih tercatat tinggi, dengan 79,4% dari 44,39 juta pemilih menggunakan hak suaranya—angka tertinggi sejak 1997. Antusiasme juga terlihat dalam pemungutan suara awal, yang mencapai 34,74%.
Kandidat PPP, Kim Moon-soo, mengakui kekalahannya dan menyampaikan ucapan selamat kepada Lee. Ia menyatakan akan menerima keputusan rakyat dengan rendah hati.
Pemilu ini menunjukkan besarnya pengaruh gejolak politik terhadap lanskap demokrasi Korea Selatan dan menandai dimulainya babak baru di bawah kepemimpinan Lee Jae-myung. (Yonhap/S-01)