MILITAN Houthi Yaman mengklaim serangan rudal balistik mereka sukses menghantam wilayah Israel.
Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman dan ibu Kota Sanaa, mengatakan rudal tersebut merupakan rudal hipersonik.
Namun militer Israel membantah bahwa serangan itu bersifat hipersonik.
Terlepas dari semua klai tersebut, Houthi memang gencar menyerang Israel. Kelompok itu mengatakan serangan mereka adalah bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza.
Juru bicara Militan Houthi Yahya Saree mengatakan mereka telah menargetkan posisi militer Israel di wilayah Jaffa dengan rudal balistik hipersonik baru yang menempuh jarak 2.040 km atau 1.270 mil hanya dalam 11 1/2 menit.
Media Houthi bahkan menyebut sistem pertahanan Israel gagal mencegat rudal tersebut.
“Sebuah rudal Yaman mencapai Israel setelah 20 rudal gagal mencegatnya,” kata Nasruddin Amer, kepala kantor berita Sabaa milik Houthi.
Teknologi baru
Dalam dunia senjata balistik, rudal hipersonik tergolong teknologi baru dan masih jarang dimiliki, kecuali sejumlah negara.
Rudal hipersonik bergerak jauh lebih cepat dibandingkan rudal balistik atau jelajah tradisional, sehingga sangat sulit dideteksi, dilacak, atau dicegat oleh sistem pertahanan saat ini.
Mereka bergerak dengan kecepatan melebihi Mach 5, yaitu lima kali kecepatan suara atau kira-kira 3.800 mil per jam atau 6.100 kilometer per jam.
Berbeda dengan rudal balistik yang mengikuti lintasan parabola yang dapat diprediksi, rudal hipersonik dapat bermanuver selama penerbangan sehingga membuatnya sangat lincah dan sulit diprediksi.
Hal ini memungkinkan mereka untuk menghindari sistem pertahanan rudal dengan lebih efektif.
Selain itu, rudal hipersonik dapat terbang pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan rudal balistik, seringkali di lapisan atas atmosfer, sehingga membuatnya sulit dideteksi radar.
Beberapa negara, khususnya Rusia dan Tiongkok, telah mengembangkan dan mengerahkan rudal hipersonik karena kecepatan dan kemampuan manuvernya.
Iran bantah
Pertanyaanya adalah bagaimana Houthi mengembangkan atau memperoleh rudal tersebut.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian sendiri menegaskan bahwa negaranya belum mengirimkan rudal hipersonik ke kelompok Houthi.
“Kami tidak memiliki rudal semacam itu untuk diberikan ke Yaman,” tegas Pezeshkian.
Namun Iran tahun lalu memamerkan apa yang digambarkannya sebagai rudal balistik hipersonik pertama buatan Iran yang diberi nama Fattah
Tidak nyaman
Meski pihak Israel mengklaim serangan itu hanya membuat kerusakan kecil dan tidak menimbulkan korban, namun tetap saja warga sipil panik.
Itu sebabnya kelompok Hamas menyambut baik serangan rudal Houthi tersebut. Mereka menyebut Israel tidak akan menikmati keamanan dan kenyamanan sampai mereka mengakhiri perang di Gaza.
Serangan Minggu (16/9) ini adalah serangan pertama yang dilakukan kelompok Houthi yang mencapai Israel tengah setelah serangan pesawat tak berawak mereka di Tel Aviv pada Juli lalu yang menewaskan satu orang dan melukai empat orang. (BBC/al jazeera/N-01)