
ASOSIASI profesi pimpinan tertinggi jasa akomodasi hospitality di Indonesia atau IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) menggelar Rapat Kerja Nasional ke-IV di Kota Solo selama tiga hari, mulai Sabtu (26/4).
Persoalan kebijakan efisiensi yang dilakukan Pemerintah akan menjadi fokus utama pembahasan dalam Rakernas IV di Hotel Sunan Solo.
Ketua Umum IHGMA, I Gede Arya Pering Arimbawa mengatakan kebijakan efisiensi pemerintah telah berdampak langsung di bisnis perhotelan secara global dan bisa merembet perang dagang antarnegara.
Menurut dia, kebijakan efisiensi Pemerintah, telah memberikan dampak langsung di bisnis perhotelan secara global, yang bisa merembet perang dagang antar negara.
“Kebijakan efisiensi itu menjadi tantangan tersendiri. Kami memerlukan persatuan, perubahan dan dukungan baik internal maupun eksternal. Tentunya dukungan pemerintah, berupa relaksasi untuk perhotelan,” kata Gede Arya dalam jumpa pers, Sabtu (26/4).
Selama ini, anggaran perjalanan dinas pemerintah, menjadi gantungan hidup sebagian besar hotel di daerah. Dan sejak munculnya kebijakan efisiensi, telah membuat banyak hotel mengalami penurunan okupansi signifikan.
“Tentu ini menimbulkan kekhawatiran mendalam, terutama menyangkut keberlangsungan operasional hotel-hotel, khususnya daerah-daerah yang selama ini bergantung pada kunjungan instansi pemerintah,” tegas dia
IHGMA ingin pemerintah intervensi bisnis perhotelan
Saat ini, dampak dari kebijakan efisiensi dari Pemerintah sangat terasa. Banyak hotel harus mengantisipasi kemungkinan melakukan PHK dan penutupan hotel, pasca okupansi terus terjun bebas hingga titik terendah.
“Harus segera ada intervensi pemerintah atau solusi strategis. Sebab situasinya bisa berdampak langsung terhadap penghidupan ribuan karyawan hotel serta ekosistem pariwisata keseluruhan,” katanya.
Ekosistem perhotelan antara lain pemasok, pelaku UMKM, hingga masyarakat sekitar yang menggantungkan harapan pada sektor ini. “Jadi kami mohon perhatian khusus kepada Menteri Pariwisata,” kata dia sekali lagi.
Dalam situasi saat ini, bisnis perhotelan membutuhkan adanya kebijakan afirmatif, yang bisa menjadi solusi konkret.
Seperti insentif khusus dan juga dukungan promosi pariwisata domestik yang bisa menggairahkan kembali okupansi hotel.
Ketua Organizer Comitee Retno Wulandari menyatakan, Rakernas IV IHGMA di Solo akan menjadi langkah strategis untuk memperkuat peran organisasi mendukung pengembangan pariwisata dan perhotelan di tanah air.
“IHGMA yang berdiri sejak tahun 2016, akan terus berkomitmen menjadi garda terdepan dalam mendorong kemajuan industri perhotelan Indonesia,” kata dia. (WID/S-01)