GEMPA bumi akibat aktivitas sesar di darat sama bahayanya dengan gempa zona megathrust pantai selatan.
Hal itu disampaikan oleh pakar gempa bumi Prof Irwan Meilano membahas dampak gempa bumi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (18/9)
“Kita seringkali berfokus pada potensi gempa dari zona subduksi di selatan (megathrust). Namun, gempa kali ini mengingatkan kembali bahwa sumber gempa lain juga bisa berasal dari sesar aktif di daratan,” jelas Irwan di Bandung, Sabtu (21/9).
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung ini mengatakan bahwa gempa bersumber dari sesar maupun megthrust sama-sama hasil proses pergeseran tektonik yang ada di cincin api Indonesia.
Magnitudo gempa dari sesar aktif ini biasanya lebih kecil dibandingkan gempa megathrust. Namun gempa sesar yang jaraknya lebih dekat dengan permukaan, bisa menyebabkan kerusakan signifikan. Sama dengan kerusakan yang diakibatkan gempa megathrust.
“Kemungkinan mengenai adanya berbagai gempa susulan yang terjadi, menurut saya sebuah gempa dapat diikuti dengan gempa susulan sebagai pelepasan sisa energi,” kata Irwan.
“Oleh karena itu, masyarakat perlu diimbau agar tetap waspada,” lanjutnya.
Menurutnya sebuah gempa akan diikuti dengan gempa susulan. Hal ini mengindikasikan gempa melepaskan energi satu kali saja. Sisa energinya dilepaskan dalam energi susulan.
Dalam konteks mitigasi bencana gempa bumi, Irwan menggarisbawahi, urgensi kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
“Pendekatan yang terintegrasi, baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas, dinilai krusial dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi risiko gempa yang ada,” jelasnya.
Salah satu langkah yang paling utama adalah meningkatkan pemahaman tentang risiko gempa melalui peta kajian risiko lebih mendalam.
Ia menyarankan agar pemerintah membuat perencanaan tata ruang pembangunan. Dan mengeluarkan kebijakan dari segi infrastruktur, pemilihan lokasi dan jalur evakuasi yang mempertimbangkan risiko gempa di suatu wilayah.
Selain itu perlunya literasi kebencanaan melalui pendidikan formal dan informal seperti komunitas. (Rava/S-01)