Pendukung Hie Kie Shie Tolak Eksekusi Amelle Villas & Residence

RATUSAN pendukung Hie Kie Shie bertahan dan menolak eksekusi Amelle Villas & Residence yang dilakukan oleh tim panitera Pengadilan Negeri Denpasar, Rabu (14/8).

Mereka adalah para karyawan vila dan keluarganya. Termasuk simpatisan yang mengaku tahu persoalan Amelle Villas & Residence yang terletak di Jl Batubolong, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung Bali.

Selain para karyawan dan keluarganya, beberapa tokoh masyarakat dan ormas juga memilih bertahan dan menolak eksekusi lahan dan vila yang dimiliki Hie Kie Shie.

Mereka membentangkan poster yang bertuliskan kasus Amelle Villas & Residence sangat tidak adil dan sudah melibatkan mafia lelang.

Ratusan orang tersebut memilih bertahan dalam vila. Dan ratusan lainnya berjaga-jaga di lorong masuk ke lokasi atau obyek eksekusi.

BACA JUGA  Banyak Angkutan Pariwisata di Bali tidak Layak Beroperasi

Perdebatan sengit terjadi antara petugas kepolisian dan tim panitera pengadilan negeri di Denpasar.

“Kami hanya minta keadilan. Secara hukum dijelaskan oleh pengacara bahwa kasus ini belum inkracht, dan kami tidak rela pekerjaan kami hilang,” ujar Koordinator Karyawan Amelle Villas & Residence, Johan Alberth Pau.

Menurutnya obyek vila ini belum bisa dieksekusi karena masih ada upaya hukum yang belum selesai.

Kasus Hukum belum Inkracht

Kuasa hukum Hie Kie Shie, Indra Triantoro menduga adanya mafia lelang sangat beralasan.

Sebab dalam obyek tersebut masih ada sejumlah kasus hukum atau gugatan yang belum selesai atau belum inkracht (berkekuatan hukum).

Indra menambahkan bahwa telah dilakukan pengajuan surat keberatan penundaan eksekusi tertanggal 2 Agustus 2024.

BACA JUGA  Menteri AHY Sebut Akselerasi Pendaftaran Tanah Dekati 250 Persen

“Selain ada banyak gugatan di pengadilan terhadap obyek yang sama, terkait dengan eksekusi tersebut, sudah dilakukan pengajuan surat keberatan penundaan eksekusi tertanggal 2 Agustus 2024.

“Proses ini masih berjalan dan sudah ada jadwal mediasi 15 Agustus 2024. Kenapa eksekusi malah dilakukan sebelum tanggal 15 Agustus 2024?” tanya Indra.

Eksekusi  sehari sebelum jadwal mediasi. “Proses ini cacat prosedural, dan kami menduga ada mafia lelang disini,” ujarnya.

Nilai lelang pun sangat tidak masuk akal. Obyek atau aset yang menurut NJOP senilai Rp45 miliar tetapi hanya dilelang sebesar Rp22 miliar. (Aci/S-01)

BACA JUGA  Alami Masalah Mental, WNA Asal AS Lukai Dirinya dengan Pisau

Siswantini Suryandari

Related Posts

Pertalife Catat Kinerja Terbaik Dengan Premi Bruto Rp1,252 T

PERUSAHAAN asuransi nasional, PT Perta Life Insurance (PertaLife Insurance) mencatatkan kinerja terbaik sepanjang tahun buku 2024 dengan premi bruto sebesar Rp1,252 triliun. Perolehan ini melampaui target Rencana Kerja dan Anggaran…

Gedung Sate Sebagai Cagar Budaya, Kegiatan Dibatasi

PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat (Jabar) menerbitkan Surat Edaran (SE), tentang Pemanfaatan Gedung Sate sebagai Cagar Budaya untuk kegiatan pemerintahan. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar Adi Komar menyatakan kebijakan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Pertalife Catat Kinerja Terbaik Dengan Premi Bruto Rp1,252 T

  • April 17, 2025
Pertalife Catat Kinerja Terbaik Dengan Premi Bruto Rp1,252 T

Gedung Sate Sebagai Cagar Budaya, Kegiatan Dibatasi

  • April 17, 2025
Gedung Sate Sebagai Cagar Budaya, Kegiatan Dibatasi

Pengemudi tidak Mampu Menyetir Tabrak Mobil dan Dua Motor

  • April 17, 2025
Pengemudi tidak Mampu Menyetir Tabrak Mobil dan Dua Motor

Sukses Hancurkan Madrid, Meriam London kini Bidik PSG di Semifinal

  • April 17, 2025
Sukses Hancurkan Madrid, Meriam London kini Bidik PSG di Semifinal