Kemeriahan Tradisi Syawalan di Padukuhan Lereng Merapi Berupa Bakdan Sapi

MLAMBONG di lereng Merapi Boyolali memiliki tradisi tua di bulan Syawal yang unik. Kemeriahan  itu selalu hadir di lingkungan Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, yang digelar 7 hari pasca-perayaan Idul Fitri, lewat tradisi yang dinamakan Bakdan Sapi.

“Ya tradisi syawalan dengan prosesi arak-arakan sapi keliling padukuhan Mlambong di Lereng Merapi ini sudah turun temurun ratusan tahun,”  ungkap sesepuh Mlambong, Abdul Somad, di sela-sela acara tradisi Lebaran atau Bakdan Sapi pada Rabu (17/4).

Ratusan ekor sapi dan ( juga  kambing ) milik warga di lereng Merapi sisi timur itu diarak keliling padukuhan. Belasan hewan ternak ini, diarak keliling dalam kondisi bersih dan badannya bau wabgi karena semprotan parfum. Di bagian leher dipasang kalung ketupat.

BACA JUGA  Mantaf, Pasar Sarung Asal Tegal Tembus Sampai Qatar dan Yordania

Sapi diberi hiasan kupat, sebab bersamaan perayaan bakdo kupat atau kupatan. Momen perayaan itu menjadi hiburan dan sekaligus tradisi untuk mengarak hewan ternak sapi yang dimiliki hampir setiap rumah tangga warga, berkeliling padukuhan Mlambong.

Gelaran tradisi unik itu diikuti warga 4 RT di wilayah RW 04 Desa Sruni, yakni warga pemukin RT 03 dan 04 Dukuh Mlambong dab  RT 05 Dukuh Rejosari dan RT 06 Dukuh Gedongsari.

Sementara itu Ketua RW 04, Jaman bertutur,  kepercayaan warga menggelar tradisi syawalan dengan membawa hewan ternaknya keliling kampung, karena diyakini bahwa pada hari itu Kanjeng Nabi Sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga.

” Sehingga warga pun mengeluarkan sapinya dari kandang dan dibawa keliling kampung. Ini mengikuti Kanjeng Nabi Sulaiman yang dulu diperintah Allah, untuk mengurusi hewan peliharaan baik berkaki 2 maupun 4,” imbuh Jaman.

BACA JUGA  Kapolri Imbau Pemudik Utamakan Keselamatan

Menurut dia, prosesi tradisi arak arakan sapu ini diawali dengan kenduri menggunakan ketupat berikut sayur dan lauk yang dipajang sepanjang hamopir 100 meterl di jalan utama Dukuh Mlambong.

Begitu selesai doa dan makan kenduren, ratusan warga tua muda mukai mengarak sapi dan juga kambing keliling padukuhan. Arak-arakan diawali dengan gunungan sayur mayur dan ketupat, disusul, kelompok kesenian reog, lalu siswa siswi SMP dengan pakaian kebaya, dan paling belakang adalah gerombolan sapi.

Begitu meriah dan membuncah. Ratusan warga menyaksikan tradisi yang hanya berlangsung di lingkungan Mlambong, Desa Sruni. Kemeriahan ini juga menarik warga luar Sruni untuk ikut larut di dalamnya. ( WID/L-1)

BACA JUGA  Memburu Fitrah seusai Berpuasa

Dimitry Ramadan

Related Posts

Ketika Pemkab Mencoba Menjawab Harapan Masyarakat

PAGI itu embun belum sepenuhnya mengering dari daun-daun padi ketika rombongan Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan tiba di Desa Baringin. Namun, yang membuat suasana berbeda bukanlah kabut atau udara segar, melainkan…

Setelah 12 Tahun Menabung, Tukang Bubur Ayam di Tasikmalaya itu Akhirnya Naik Haji

PERJALANAN hidup pasangan suami istri Wasman, 52, dan Dede Yeni, 46, warga Kampung Bojong Tengah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat inibak sebuah sinetron di televisi. Betapa tidak? Pasangan penjual…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

TPG Rp1,2 M belum Cair, 300 Kepsek di Taput Pusing

  • May 10, 2025
TPG Rp1,2 M belum Cair, 300 Kepsek di Taput Pusing

Redam Electric PLN, Petrokimia Rebut Posisi Ketiga

  • May 10, 2025
Redam Electric PLN, Petrokimia Rebut Posisi Ketiga

UNS Rekomendasikan Konsep Pendidikan Sekolah Rakyat

  • May 10, 2025
UNS Rekomendasikan Konsep Pendidikan Sekolah Rakyat

Delapan Jemaah Calon Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci

  • May 10, 2025
Delapan Jemaah Calon Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci