IRING-iringan perahu motor (klotok) dan jukung sarat muatan buah semangka melaju pelan menyusuri rai (sungai kecil) anak Sungai Nagara menuju Pasar Tani Sungai Balum lokasi pusat jual beli hasil pertanian terbesar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Berton-ton buah semangka itu merupakan hasil pertanian lahan rawa lebak para petani sejumlah desa di Kecamatan Daha Utara dan Daha Selatan.
Di kiri dan kanan sungai membentang rimbunnya pohon-pohon kelapa sawit karena lokasi kebun semangka para petani ini berada di bagian atas perkebunan sawit milik perusahaan maupun hamparan kebun tanaman holtikultura milik warga. Musim kemarau dibarengi surutnya rawa, menjadi berkah bagi para petani di kawasan lahan rawa lebak di Kalsel seperti Daha Utara dan Daha Selatan.
Hamparan rawa yang mengering disulap menjadi lahan pertanian yang subur. Tidak hanya semangka, kawasan pertanian rawa lebak di Daha atau sering disebut Nagara ini dikenal sebagai penghasil sayuran dan tanaman holtikultura lainnya seperti kacang, labu (waluh) dan gumbili (ubi jalar) utama di Kalsel.
“Musim tanam dimulai ketika rawa mengering saat kemarau di bulan April dan panen semangka dan sayuran pada bulan Juni-Juli. Selanjutnya panen ubi pada bulan September sebelum penghujan,” tutur Bakeri, petani semangka dan ubi di Desa Baruh Jaya, Daha Selatan.
Bakeri yang juga pengurus Serikat Petani Indonesia (SPI) Hulu Sungai Selatan ini mengatakan ada ribuan warga dari tiga kecamatan yaitu Daha Selatan, Daha Utara dan Daha Barat menggantungkan hidup dari pertanian lahan rawa. Bakeri sendiri memiliki enam hektare lahan yang diwarisi turun temurun.
Panen berkurang
“Tahun ini hasil panen semangka sedikit berkurang dibanding tahun lalu. Sedangkan harga semangka Nagara saat panen raya berkisar Rp4.000-Rp4.500 perkilo di tingkat petani,” ungkap Hartono pedagang semangka dari Daha Selatan.
Saat normal produksi semangka merah dan kuning dari rawa Nagara bisa mencapai 15 ton perhektare, namun kini turun menjadi 10 ton. Semangka Nagara yang terkenal manis ini penjualannya hingga provinsi tetangga Kalimantan Tengah dan Timur.
Pertanian lahan rawa lebak di Kalsel tersebar di sejumlah kabupaten seperti Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara. Selama ini lahan rawa dimanfaatkan masyarakat secara turun temurun untuk pertanian padi dan holtikultura, perikanan air tawar dan peternakan khususnya kerbau rawa.
Data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPKP) Kalsel mencatat luas lahan rawa pasang surut di Kalsel mencapai 186 ribu hektare dan lahan rawa lebak mencapai 137 ribu hektare.
Pemanfaatan lahan rawa pasang surut ada di tiga kabupaten yakni Kabupaten Barito Kuala, Banjar, dan Tapin seluas 154 ribu hektare. Sedangkan lahan rawa lebak ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, dan Tapin dengan luas pemanfaatan 88 ribu hektare. (Den/N-01)