
SEKRETARIS Desa (Sekdes) Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim) Ary Widy Hartono, 51, benar-benar tidak menyangka bisa lolos dalam seleksi administrasi Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Betapa tidak? Ary yang juga alumni Anti-Corruption Academy Indonesia Memanggil (ACA-IM57+ Institute) harus bersaing dengan sejumlah nama besar seperti Sudirman Said, Johan Budi, dan sederetan Jenderal Polri, serta Jaksa dari jumlah 236 peserta yang lolos seleksi awal Capim KPK.
“Rasanya ya bahagia. Nama saya tercantum di pengumuman capim KPK,” kata Ary, Kamis (25/7).
Ary mengaku tidak minder dengan sederetan nama besar yang menjadi pesaing dalam seleksi capim KPK. Meski hanya seorang aparatur desa, Ary optimistis mampu bersaing dengan bekal pengetahuan tentang korupsi dan pelatihan khusus anti korupsi dari ACA IM 57+ Institute yang merupakan organisasi para mantan penyidik dan investigator KPK.
“Dengan bekal 6 hari di kawah candradimuka IM57+ dan pengetahuan saya tentang anti korupsi, saya tidak silau dengan nama besar beliau-beliau (pesaing),” tegasnya.
Ary juga mengungkapkan, pengalaman istimewanya terkait korupsi. Sejak tahun 2005, ia merupakan pengurus Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) di Malang. Sejak itu, ia menghadapi langsung bagaimana bahayanya korupsi bagi bangsa dan negara Indonesia.
“Saya sejak 2005 jadi pengurus YLK Malang. Puluhan kali saya ikut bimtek tingkat nasional. Puluhan tahun mendampingi konsumen dimana sengketa konsumen banyak sementara negara tidak hadir. Jadi benar negara kita tidak dalam keadaan baik-baik saja,” tuturnya.
Ia juga mengharapkan kepada masyarakat untuk memberikan dukungan dalam seleksi Capim KPK. Adapun kepada panitia seleksi (Pansel) agar dapat bekerja alamiah tanpa tunduk terhadap intervensi apapun atau dari siapapun.
“Harapan saya kepada masyarakat ya minta dukungan masyarakat, mohon doa restu. Harapan saya kepada Pansel, agar memilih secara alamiah tanpa ada intervensi dari pihak manapun,” ujarnya. (Rud/N-01)