
RIBUAN orang didominasi memenuhi Eldorado Dome untuk menyaksikan lima musisi lintas generasi dalam satu panggung dalam gelaran Tur SAMA SAMA, Minggu (4/5) malam.
Tur SAMA SAMA diselenggarakan oleh PT Expo Indonesia Jaya (ExpoIndo) bersama Tiga Dua Satu merupakan manifesto artistik kolaborasi keberagaman dan keberanian dalam satu harmoni.
Denting nada pertama lagu “Indonesia Raya” menggema dari panggung, menandai pembuka yang agung sekaligus mengingatkan bahwa ini adalah perayaan musik dan tanah air.
Tak lama, atmosfer berubah total. Madley lagu-lagu hits mereka campuran dari penggalan lagu “Kota”, “Saudade”, “Satu-satu”.
Dere menjadi musisi pertama yang tampil solo membawakan lagu-lagu dengan nuansa lembut dan puitis, termasuk single terbarunya “Puspa” dari album Berbunga.
Dere mengajak penonton untuk masuk ke ruang-ruang keheningan yang tenang dan penuh makna. Namun suasana langsung berubah dinamis saat Idgitaf naik panggung membawakan lagu “Satu-satu”.
Tak hanya lagu-lagu masing-masing, mereka juga bertukar karya. Tulus menyanyikan “Gala Bunga Matahari” milik Sal Priadi dengan gaya khasnya yang teduh.
Sementara Sal, Idgitaf, Dere dan Kunto Aji menyanyikan lagu “Interaksi” milik Tulus.
Lagu-lagu favorit dari masing-masing musisi juga hadir, tak hanya sebagai pengingat akan popularitas mereka, tetapi juga sebagai simbol suara generasi yang berbeda.
Tulus, menurunkan malam dengan lagu “Jatuh Suka”, “17”, “Monokrom”, dan “Kelana”. Menariknya, di tengah konser, kelima musisi menyisipkan monolog yang membuat penonton terhipnotis.
Tur SAMA SAMA saling turunkan ego
Dere mengungkapkan betapa ia mengagumi rekan-rekannya di atas panggung, dan bagaimana momen-momen di balik layar justru menjadi sumber inspirasi.
Kunto Aji menuturkan tentang pentingnya menurunkan ego dalam kolaborasi, bahwa “sama-sama” bukan hanya soal bersama, tetapi soal menyatu.
Sal Priadi memberikan perspektif berbeda. Baginya, makna lagu tak pernah final. Ia selalu berubah, tergantung siapa yang menyuarakannya.
Sementara itu, Tulus menyebut proses kreatif tur ini sebagai salah satu pengalaman paling menggugah dalam kariernya.
Tur SAMA SAMA tidak disusun seperti pertunjukan musik konvensional. Tak ada jeda panjang, tak ada MC yang banyak bicara, tak ada urutan tebak-tebakan.
Sebaliknya, semua mengalir kadang pelan, kadang nyaris seperti pertunjukan teater musikal, dengan aransemen yang kadang berubah dari aslinya, namun tetap menyentuh. (Rava/S-01)