DALAM upaya menjaga kearifan budaya Nusantara, Pemkot Solo pada Sabtu (13/7) sore menghadirkan kreativitas seni dan budaya bergenre batik, lewat gelaran Solo Batik Carnoval (SBC ) 2024. SBC sendiri sudah menjadi kegiatan event tahunan sejak 2008.
Cukup banyak peserta dari luar daerah, seperti dari Semarang, Grobogan, Wonosobo, Madiun, Tuban dan sejumlah utusan dari wilayah Tanah Air lain, dalam kegiatan kreativitas seni ke-15, yang bertajuk Amerta: The Legacy of Mataram Kingdom itu.
SBC 2024 menampilkan pagelaran busana dengan pameran kostum unik dan menarik yang menggunakan batik sebagai bahan dasarnya. Sesungguhnya ini menjadi program pengenalan budaya dan tradisi yang menjadi ciri khas Kota Solo.
Tema besar Amerta: The Legacy of Mataram Kingdom yang diusung memiliki arti abadi atau keabadian, dengan harapan mampu menunjukkan keagungan warisan kerajaan mataram yang senantiasa abadi di Kota Solo.
Sesuai tema, maka motif batik yang digunakan pada kostum batik karnaval adalah motif Pisak Bali, yang memiliki filosofi yang luar biasa. Kata Pisak Bali berasal dari bahasa Jawa pisan (lagi) dan Bali (kembali).
“Yang jika disatukan berarti selalu kembali atau berulang,” tutur Ketua Yayasan SVC, Lia Imelda.
Ia berharap, bahwa dengan filosofi ini, SBC dapat berkesan dan selalu eksis di hati masyarakat Kota Solo, hingga menegasi warisan bersejarah kerajaan Mataram semakin lestari dan abadi sampai kapan pun.
Dia paparkan, ada empat defile yang disuguhkan kepada ribuan masyarakat yang membuncah di sepanjang rute SBC. Defile megah itu dimulai dari depan Stadion Sriwedari dan finis di Balaikota.
Kempat defile iti adalah Sekaten, Pracimatuin, Asyura dan Rajamala. “Yang spesial ya kemunculan defile Rajamala, yang bersajabat dan melindungi Solo,” imbuhnya.
Yang jelas, empat defile panjang itu menjadi gambaran budaya kota Solo dalam bentuk kostum. Defile Sekaten yang dikemas sebagau upacara tradisi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Begitu halnya difile Pracimatuin sebagai gambaran kemegajan karya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VII ( tahun 1920) yang bercirikan kostum menawan berwarna khas hijau.
Defile ketiga, yakni Asyura (Suro) dalam kalender Jawa adalah 1 Muharram yang merupakan malam tahun baru Islam. Maka dimunculkanlah kostum yang menjadi trademark bagi defille ini.
Dan terakhir, defile Rajamala terinspirasi hiasan (canthik) pada haluan perahu Rajamala yang dibuat oleh Putra Mahkota Paku Buwono IV Raden Mas Sugandi (KGPAA Mangkunegara III) pada masa pemerintahan Paku Buwono IV.
Batik abadi
Wakil Walikota Teguh Prakosa yang ikut tampil falam defile bersama unsur Forkompimda berharap, melalui SBC, kreatifitas seni batik akan terus tumbuh dan berkembang, dan menarik wisatawan untuk berbondong bondong ke Solo.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo Aryo Widyandoko menegaskan, bahwa Solo Batik Carnaval semakin melegenda dan selalu dinanti banyak daerah untuk terlibat memamerkan kebudayaan yang menjadi kearifan lokal mereka.
“Dan Solo Batik Carnaval ini akan terus kita tumbuh kembangkan agar semakin matang dan menjadi legenda bagi masyarakat,” ketus Aryo. (WID/N-01)