MESKI pada 2014 silam WHO sudah menetapkan Indonesia sebagai negara bebas polio, faktanya masih ada 399 kabupaten/kota atau 79% dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang memikiki risiko tinggi transmisi polio.
Hal itu Ketua Tim Kerja Imunisasi Tambahan dan Khusus Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dr. Gertrudis Tandy, MKM., dalam Tropmed Talk on Stage yang diselenggarakan Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Kamis (13/6).
Lebih lanjut dr. Gertrudis mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir ini masih sering ditemukan KLB (kejadian luar biasa) polio. “Sebarannya merata seluruh Indonesia,” jelasnya.
Menurut dia hasil polio risk assessment 2024 menggunakan data 2023. Ia juga menyampaikan data lainnya yaitu temuan kasus polio selama periode 2022 – 2024.
“Setidaknya terdapat 10 kasus polio yang ditemukan di Pulau Sumatera, Jawa dan Papua,” katanya.
Merespon berbagai temuan kasus tersebut, lanjutnya, Kementerian Kesehatan kembali mengadakan pekan imunisasi nasional (PIN) polio dalam dua tahap di 33 provinsi.
Tahap pertama telah dilakukan 27 Mei yang lalu dan akan dilanjutkan tahap kedua pada 15 Juli yang akan datang.
Partisipasi masyarakat
Pada kesempatan itu staf pengajar Departemen Ksehatan Anak FKKMK UGM Prof. dr. Mei Neni Sitaresmi, Sp.A(K), Ph.D., mengajak masyarakat untuk berpartisipasi.
“Vaksin yang digunakan ini sangat sangat aman,” tegasnya.
Menurut dia vaksin yang digunakan adalah novel oral polio vaccine type 2 (nOPV) yang direkomendasikan WHO. Prof. Mei juga berpesan kepada masyarakat yang berpartisipasi dalam PIN untuk tetap mengikuti imunisasi rutin sebagai langkah pencegahan terhadap berbagai penyakit.
Untuk menyukseskan PIN menurut dia, perlu pelibatan berbagai pihak, tidak hanya sektor kesehatan.
Pentingnya imunisasi juga disampaikan oleh Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, PhD.
“Kalau berobat itu hanya dirinya yang merasakan manfaat, tapi kalau vaksinasi yang merasakan manfaatnya adalah masyarakat,” tegas dr. Donnie, sapaan Riris Andono Ahmad.
Menurut dia vaksinasi menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity). Karena itu, lanjutnya, berpartisipasi dalam vaksinasi berarti juga turut memberikan perlindungan kepada semua ndividu yang karena keadaan tertentu tidak dapat mengikuti vaksinasi.
Ia kemudian menyampaikan hal lain yang dapat dilakukan untuk mempertahankan status bebas polio yang telah diraih oleh Indonesia.
“Kita harus punya kapasitas untuk dapat mendeteksi sedini mungkin,” jelasnya. (AGT/N-01)