
PERNAHKAN Anda setiap berbicara dengan orangtua selalu penuh emosi, marah dan keinginan menyudahi pembicaraan. Padahal orangtua Anda tidak sedang marah.
Hal itu terjadi setiap kali berbicara dengan orangtua. Kondisi seperti disebut unfinished business.
Unfinished business dalam psikologi merujuk pada pengalaman emosional yang belum terselesaikan. Biasanya berupa konflik, trauma, perasaan bersalah, marah, sedih, atau penyesalan yang berasal dari masa lalu dan masih memengaruhi pikiran, perasaan, atau perilaku seseorang di masa kini.
Konsep ini banyak digunakan dalam terapi Gestalt, yang dikembangkan oleh Fritz Perls.
Ciri-Ciri Unfinished Business:
- Perasaan emosional yang terus muncul ketika mengingat kejadian tertentu.
- Respons yang tidak proporsional terhadap situasi saat ini karena dipengaruhi masa lalu.
- Adanya penghindaran terhadap pembicaraan atau situasi tertentu.
- Perasaan “mengganjal”, tidak tenang, atau belum “selesai” terhadap seseorang atau peristiwa.
Contoh:
- Seseorang yang belum memaafkan orang tua karena perlakuan buruk di masa kecil, dan perasaan itu membuatnya sulit menjalin hubungan dekat.
- Perasaan bersalah yang belum terselesaikan terhadap teman yang sudah meninggal karena ada kata-kata yang belum sempat diucapkan.
Mengapa Penting Diselesaikan?
Jika dibiarkan, unfinished business dapat:
- Menyebabkan kecemasan atau depresi.
- Menghambat perkembangan pribadi.
- Memengaruhi hubungan dengan orang lain.
- Muncul dalam bentuk mimpi, kilas balik, atau reaksi emosional berlebihan.
Cara Menyelesaikannya:
- Terapi psikologis, terutama terapi Gestalt, membantu klien mengenali, mengekspresikan, dan menyelesaikan konflik yang belum selesai.
- Dialog imajinatif seperti “kursi kosong” (empty chair technique), di mana klien berdialog dengan figur yang terkait konflik secara simbolis.
- Menulis surat (yang boleh dikirim atau tidak), melakukan refleksi diri, atau rekonsiliasi nyata..
Menyelesaikannya penting agar seseorang bisa hidup lebih bebas secara emosional dan lebih hadir di masa kini. (*/S-01)