SERUAN dunia internasional agar israel menghentikan serangan terhadap Palestina tidak diindahkan negra Zionis tersebut. Pasukan Israel terus merangsek ke dalam reruntuhan di tepi utara Gaza, daerah yang sempat diklaim telah dibebaskan dari Hamas.
Adapun di selatan, tank dan tentara Zionis menerobos mulai menargetkan Rafah. Operasi itu tidak pelak membuat pertempuran paling sengit di wilayah utara dan selatan. Ratusan ribu orang terpaksa mengungsi lagi setelah berlindung di Jabalia dan Rafah.
Otoritas kesehatan Gaza bahksan sampai meminta dunia internasional untuk menekan Israel lebih keras. Tujuannya agar membuka kembali akses bantuan medis melalui perbatasan selatan.
“Yang terluka dan sakit mengalami kematian yang lambat karena tidak ada perawatan dan pasokan serta mereka tidak dapat melakukan perjalanan,” cetus pernyataan lembaga tersebut.
Agresi di Jabalia, Gaza utara, sebuah kamp pengungsi luas yang dibangun 75 tahun lalu untuk menampung pengungsi Palestina dari tempat yang sekarang dikuasai Israel saat ini dipenuhi tank-tank yang didorong menuju jantung distrik tersebut.
Warga melarikan diri di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing sambil membawa tas berisi barang-barang mereka. Peluru tank mendarat di tengah kamp dan serangan udara menghancurkan sejumlah rumah, kata mereka. Para pejabat kesehatan mengatakan mereka telah menemukan 20 jenazah warga Palestina yang tewas dalam serangan udara, Senin (13/5).
“Kami tidak tahu ke mana harus pergi. Kami telah mengungsi dari satu tempat ke tempat lain. Kami berlarian di jalanan. Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri. Saya melihat tank dan buldoser,” kata seorang pengungsi perempuan warga Palestina.
Militer Israel mengatakan pada awal Januari telah melenyapkan militer Hamas di Jabalia. Otoritas Palestina menyatakan agresi berulang Israel menunjukan kegagalan yang nyata.
Saat menghadiri upacara Hari Peringatan untuk memperingati jatuhnya tentara Israel di Yerusalem pada Senin (13/5), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan perang melawan Hamas adalah perjuangan untuk mengamankan eksistensi, kebebasan, keamanan, dan kemakmuran Israel.
Korban tewas warga Palestina dalam perang tersebut kini telah melampaui 35.000 orang, dengan 57 orang tewas dalam 24 jam terakhir, menurut pejabat kesehatan Gaza, yang angkanya tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang Hamas.
Serangan di Rafah, Israel meningkatkan pemboman udara dan darat di wilayah timur kota tersebut yang menewaskan banyak orang dalam serangan udara terhadap sebuah rumah di lingkungan Brasil.
Israel memerintahkan penduduknya keluar dari timur Rafah pekan lalu, dan memperluas perintah itu ke wilayah tengah dalam beberapa hari terakhir, menyebabkan ratusan ribu orang melarikan diri untuk mencari keselamatan.
Warga mengatakan pemboman udara dan darat Israel semakin intensif dan tank-tank telah memutus Jalan Salahuddin utama utara-selatan yang memisahkan timur kota dari daerah pusat.
Badan bantuan utama PBB di Gaza, UNRWA memperkirakan sekitar 360.000 orang telah meninggalkan kota selatan tersebut sejak militer Israel memerintahkan evakuasi pertamanya pekan lalu. Di kota Gaza, petugas medis Rumah Sakit Arab Al-Ahli mengatakan lima orang tewas dalam serangan udara terhadap sebuah rumah.
Serangan terhadap Rafah telah menyebabkan salah satu perpecahan terbesar dalam beberapa dekade antara Israel dan sekutu utamanya Amerika Serikat. Washington menghentikan pengiriman senjata untuk pertama kalinya sejak perang dimulai.
(Berbagai sumber/*)