
PENJABAT Gubernur Jawa Barat (Jabar), Bey Machmudin minta Rektor baru ITB Prof Tatacipta Dirgantara membantu memberikan solusi terkait dengan keinginan Wali Kota Bandung terpilih Muhammad Farhan yang akan mengaktifkan kembali Bandara Husein Sastranegara.
“Mari kita duduk bersama untuk mencarikan solusinya, terkait dengan keinginan mengaktifkan kembali Bandara Husein Sastranegara. Di ITB ini banyak profesor dan orang pintar, untuk dimintai pendapatnya, Bapak Farhan ini sejak dari SMP memang pikasebeleun (ngeselin),” seloroh Bey, yang disambut tawa dan tepuk tangan undangan yang hadir, termasuk tawa dari Farhan.
Bey berharap , misalkan Bandara Husein dibuka kembali, tetap bisa sejalan dengan Bandara Kertajati. Untuk itulah perlu rembuk bersama dengan berbagai pihak, agar bisa ditemukan jalan keluar.
Wacana reaktivasi
Di tempat terpisah, Ketua Fraksi PPP DPRD Jabar, Zaini Shofari, memberikan pandangan bahwa keinginan Wali Kota Bandung terpilih, Muhammad Farhan untuk mengaktifkan Bandara Husein adalah hal yang wajar. Salah satu sebabnya optimalisasi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, tidak berjalan maksimal, wacana reaktivasi Bandara Husein pun muncul sebagai respons.
“Persoalan utama di balik munculnya wacana reaktivasi Bandara Husein adalah pengelolaan BIJB Kertajati yang belum optimal. Saat ini, bandara tersebut hanya mengandalkan penerbangan umrah, sehingga keinginan untuk kembali mengaktifkan Bandara Husein akan terus muncul,” ujar Zaini.
Jadi kata Zaini, selama BIJB masih seperti sekarang hanya mengandalkan umrah, pasti muncul keinginan Bandara Husein kembali aktif. Tapi kalau
kemudian BIJB ditata dengan baik, dikelola dengan optimal, pasti akan berdampak lain.
Belum optimal
Karena sebenarnya dengan pengelolaan yang optimal, BIJB bisa memberikan dampak ekonomi yang luas, terutama bagi daerah penyangga seperti Kabupaten Majalengka, Sumedang, Kuningan, Cirebon dan Indramayu.
“Saya mengingatkan Pemprov Jabar telah menginvestasikan anggaran sebesar Rp5,4 triliun untuk pembangunan BIJB. Oleh karena itu, pengelolaan bandara ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk Angkasa Pura, agar dapat dimaksimalkan. Rp5,4 triliun anggaran luar biasa, maka harus terus dioptimalkan, dengan Angkasa Pura termasuk pihak manapun yang bisa mendorong BIJB maksimal,” ungkap Zaini.
Zaini mengakui, wacana reaktivasi Bandara Husein, tntu hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung. Sebagai kota jasa, Bandung berpotensi memanfaatkan pendapatan dari berbagai sektor jika Bandara Husein kembali aktif.
Ia berharap diskusi mengenai BIJB tidak lagi hanya berkutat pada penyertaan modal tahunan, tetapi lebih pada pengembangan rute penerbangan dan pengelolaan bandara secara strategis. (Rava/N-01)