GURU Besar Bidang Ilmu Sivikultur Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Prof. Ir. Widiyatno, mengemukakan saat ini hutan tropis Indonesia mengalami penurunan dan kerusakan. Hal itu baik karena kebakaran hutan, illegal logging, ataupun konversi hutan untuk berbagai peruntukan, dan eksploitasi hutan yang berlebihan.
Kerusakan hutan itu tentu mengancam flora dan fauna asli hutan tropis serta meningkatkan emisi gas rumah kaca Indonesia.
“Dari segi ekonomi, kerusakan hutan tropis khususnya hutan alam produksi menyebabkan penurunan industri kehutanan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan enrichment planting atau penanaman pengkayaan pada lanskap hutan alam tropis,” katanya pada pidato pengukuhan sebagai Guru Besar di Balai Senat UGM, Rabu (25/9).
Pada kesempatan itu Prof. Widiyatno menyampaikan pidato yang berjudul “Enrichment Planting Lanskap Hutan Alam Tropis untuk Kelestarian Pengelolaan Hutan dan Peningkatan Cadangan Karbon”.
Ilmu terapan
Lebih lanjut Prof. Widiyatno mngungkapkan konsep dasar silvikultur sebagai ilmu terapan dalam mengelola hutan. Sistem silvikultur, katanya terdiri atas tiga komponen dasar perlakuan, yaitu pemudaan, pemeliharaan, dan pemanenan.
Ia menjelaskan mengenai evolusi sistem silvikultur tebang pilih pada pengelolaan hutan alam tropis di Indonesia lengkap dengan status hutan tropis yang sayangnya kian menurun.
“Melalui enrichment planting untuk meningkatkan produktivitas hutan, menjaga keragaman genetik, dan kelestarian native species,” katanya.
Pemilihan tepat
Prof. Widiyatno juga memaparkan strategi pemilihan jenis yang tepat untuk enrichment planting pada lanskap hutan hujan tropis sekunder melalui ilmu silvikultur.
Hasil rumusan silvikultur tersebut dapat diaplikasikan dalam pengelolaan hutan alam dengan menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dengan teknik silvikultur intensif.
“Teknik ini terbukti mampu memberikan berbagai keuntungan, diantaranya mengurangi kerusakan pohon yang ditanam dan meningkatkan persentase hidup tanaman,” ujarnya.
Adanya enrichment planting ini, keragaman genetik dan perlindungan native species dapat lebih terjaga dan ditingkatkan.
Terlebih lagi, peningkatan pertumbuhan dan produktivitas hutan dengan sistem silvikultur TPTJ ini dapat mempertahankan dan meningkatkan kelestarian dalam pengelolaan hutan alam hingga berdampak dari sisi simpanan karbon dengan mengurangi emisi gas CO2.
“Metode ini berpotensi dalam melakukan serapan karbon dan menurunkan emisi gas rumah kaca Indonesia sebagai bagian dari aksi mitigasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D, menyampaikan bahwa Prof. Widiyatno adalah salah satu dari 452 guru besar aktif di UGM. Salah satu dari 20 guru besar aktif dari 33 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Kehutanan UGM. (AGT/N-01)