
KETUA Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Daerah Istimewa Yogyakarta dr. Darwito mengingatkan, pemeriksaan kesehatan gratis dapat menjadi bom waktu. Sebab biasanya seseorang setelah menjalani pemeriksaan akan ada tindakan lanjutan.
“Misalnya kalau kemudian didiagnosa menderita diabetes mellitus atau DM, terus mau diapakan? Dirujuk ke fasilitas layanan kesehatan?” katanya di RSA Universitas Gadjah Mada, Sabtu (16/2).
Itu sebabnya dr. Darwito mengatakan bahwa keadaan itu akan menjadi bom waktu bagi fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan. Untuk itu pemerintah sebaiknya segera mempersiapkan kebijakan yang tepat. Salah satunya ke depan tidak lagi menempatkan Puskesmas dan rumah sakit pemerintah daerah menjadi BLUD atau Badan Layanan Usaha Daerah.
Sebab, fasilitas kesehatan akan mendapat banyak pasien. Di sisi lain, pasien-pasien yang menggunakan BPJS Kesehatan untuk berobat akan meningkat. Padahal, pemerintah saat ini melakukan efisiensi anggaran kesehatan.
Pola hidup sehat
Jika menjadi BLU, ujarnya, maka akan mengejar pula profit. “Harusnya yang dikejar adalah benefit,” katanya.
Dikatakan, Puskesman harus lebih mengedepankan layanan preventif dan promotif, sehingga masyarakat akan semakin maju dalam menjalankan pola hidup sehat. “Masyarakat tidak lagi sering ke rumah sakit dengan keluhan kesehatannya,” katanya.
Equal Run
Dalam rangkat menyambut hari ulang tahun RSA UGM, kata Darwito, rumah sakit milik Universitas Gadjah Mada ini terus melakukan promosi pola hidup sehat.
“Salah satunya adalah dengan berolah raga. Untuk mempromosikan pola hidup sehat itu, Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Equal Run 2025 sebagai bagian dari perayaan Dies Natalis ke-79 FK-KMK UGM,” katanya.
Ia menambahkan, hal ini juga menjadi kolaborasi HUT ke-13 RSA UGM, HUT ke-43 RSUP Dr Sardjito dan HUT ke-97 RSUP dr Soeradji Tirtonegoro. (AGT)