
BULAN keenam dalam kalender Jawa Sultanagungan, disebut bulan Ruwah. Bulan Ruwah, biasanya oleh masyarakat menjadi kesempatan untuk melakukan ziarah ke makam para leluhur dengan membawa bunga tabur dan mengirim doa.
Jika di tingkat desa biasanya diadakan upacara tradisi Nyadran, dalam tradisi Kraton Yogyakarta yakni berupa pengiriman uba rampe untuk kirim doa ke makam-makam yang menjadi tanggung jawab Kesultanan Yogyakarta.
Upacara tradisi yang disebut Kuthamara itu biasanya berlangsung pada 13-15 Ruwah. Kuthamara itu sendiri adalah tradisi Kraton Yogyakarta berziarah ke makam-makam Kagungan Dalem atau makam-makam yang menjadi milik Kraton Yogyakarta, baik yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta maupun yang berada di luar DIY. Kegiatan utama di makam-makam tersebut adalah mengirimkan doa kepada leluhur.
Seluruh benda-benda uba rampe ini mengeluarkan aroma wangi. Ini juga menjadi simbol dalam menjunjung tinggi kemahsyuran nama para pendahulu yang telah tiada.
Diinapkan
Upacara tradisi yang dijalankan Kraton Yogyakarta itu diawali pada Rabu (12/2) pagi. Iring-iringan Abdi Dalem Kanca Kaji dan Abdi Dalem Suranata dengan mengenakan busana pranakan — baju khas abdi dalem — keluar dari Bangsal Pengapit menuju ke Kantor Urusan Pengulon di kompleks Masjid Gedhe dengan membawa uba rampe yang telah dikemas.
Uba rampe ini sebelumnya telah diinapkan di Kagungan Dalem Gedhong Prabayeksa. 420 kemasan uba rampe itu masing-masing berisi sekar konyoh, dupa, ratus dari serbuk kayu cendana dan yatra tindhih.
Pada Kamis tanggal 14 Ruwah (13/2/2025) uba rampe itu lalu dibawa sejumlah Abdi Dalem Juru Kunci Kagungan Dalem yang berada di wilayah DIY namun bukan Kompleks Makam Kotagede dan bukan Imogiri. Dan pada hari yang sama, Abdi Dalem Pengulon didampingi Kanca Suranata berangkat ke Makam Kotagede dan ke Imogiri untuk menyerahkan uba rampe kuthamara. Sedangkan untuk makam-makam di luar DIY dikirimkan dengan menggunakan pos.
Menuju Imogiri
Kemudian pada hari Sabtu pagi (14/02) atau 15 Ruwah, Abdi Dalem Puralaya berjalan dari Kantor Bupati Puralaya Imogiri menuju Makam Imogiri. Sebagian dari mereka mengenakan pakaian berwarna merah (abrit) menandu jodhang berisi uba rampe, selebihnya lagi berjalan mengiringi.
Setelah menaiki ratusan anak tangga dan tiba di Bangsal Srimanganti –pendopo di pintu masuk kompleks makam Sultan Agung–, dilangsungkan doa bersama dan dilanjutkan dengan prosesi ziarah.
Setelah prosesi ziarah di Makam Kotagede dan Imogiri selesai dilaksanakan, maka ziarah ke makam Kagungan Dalem lainnya baru dapat dilakukan, yakni pada keesokan harinya. (AGT/N-01)