SEBAGAI negara yang terdiri dari berbagai suku, Indonesia memang punya berbagai tradisi dalam merayakan momen lebaran atau Hari Raya idul Fitri. Salah satunya adalah masyarakat Jawa Tengah terutama di kawasan Pantura.
Mereka mempunyai tradisi yang disebut prebegan. Dalam tradisi itu masyarakat menyerbu ke pasar-pasar untuk membeli kebutuhan buat menyambut Lebaran.
Saat prepegan, salah satu yang ramai diburu, adalah selongsong ketupat, yang merupakan tempat pembuatan ketupat. Ketupat akan disantap keluarga setelah selesai sholat Idul Fitri.
Prebegan dan ramainya orang menjual selongsong ketupat, seperti yang terjadi di Pasar Induk Brebes, Jawa Tengah, Selasa (9/4) pagi. Kabupaten Brebes merupakan daerah Pantura perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Barat.
Di Pasar Induk Brebes ini, banyak masyarakat utamanya kaum ibu, yang datang untuk membeli kebutuhan buat menyambut Hari Raya Idul Fitri. Dan yang banyak diburu adalah selongsong ketupat, yang merupakan tempat untuk diisi beras yang kemudian direbus menjadi ketupat.
Selongsong ketupat banyak dijual terutama di pinggir jalan sekiat Pasar Induk Brebes. Di situ terdapat deretan para penjual selongsong ketupat, yang dibuat dari janur, yakni daun kelapa yang masih muda.
Asih, 38, seorang pedagang selongsong ketupat, mengaku senang lantaran dagangan selongsong ketupatnya laris manis.
“Saya menjual selongsong ketupat yang satu ikat Rp7.000, berisi 10 buah selongsong ketupat,” tutur Asih.
Asih mengaku senang dagangan selongsong kupatnya laris manis. “Tradisi prepegan hanya setahun sekali. Ada prebegan kecil (cilik) pada H-2 sebelum Lebaran dan H-1 sebelum Lebaran,” jelas Asih.
Budayawan Pantura, Atmo Tan Sidik, menyampaikan, kupat sendiri mempunyai makna atau arti mengaku lepat atau salah. Setelah sebulan penuh menjalani Ibadah Puasa, umat Islam kemudian bersilaturahmi saling memaafkan.
“Bahkan kupat atau tradisi kupat ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman para Walisongo, terutama pada masyarakat Jawa Tengah,” ukar Atmo Tan Sidik.
Menurut mantan Kepala Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) ini, kupat sudah semacam simbolik untuk antar-umat Islam saling meminta maaf, mengakui segala kelepatan atau kesalahan, baik yang disengaja atau tidak,” jelas Atmo Tan Sidik yang juga penerima penghargaan Pelestari dan Pengembang Warisan Budaya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Sebagai tambahan informasi, sebenarnya prebegan atau ramainya pasar yang diserbu masyarakat ada dua yakni Prebegan Cilik atau kecil dan Prebegan Gede atau besar. Prebegan Kecil berlangsung pada dua hari menjelang Idul Fitri, sedangkan Prebegan Besar sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri. (PAR/L-2)