TEWASNYA Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh ketika berada di Teheran, Iran dikhawatirkan bakal memperburuk situasi di Timur Tengah. Sebab yang pertama, hal itu menyangkut seorang pemimpin organisasi. Sudah pasti organisasi itu minta pertanggung jawaban kalau tidak mau disebut balas dendam.
Hal yang kedua adalah menyangkut kedaulatan sebuah negara. Betapa tidak? Pembunuhan itu terjadi di Teheran, Iran. Sebagai negara yang berdaulat dan berketempatan atas insiden tersebut, Iran tentu berhak menuntut kepada pelaku pembunuhan itu.
Kendati pemerintah Israel belum secara resmi mengaku bertanggung jawab atas insiden tersebut, semua mata tetap saja mengarah ke negara Zionis tersebut. Apalagi mereka saat ini tengah berkonflik dengan Hamas di Palestina.
Tidak kurang sejumlah pejabat Amerika Serikat pun yang notabene pendukung Israel, meyakini bahwa Israel berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Dunia cemas
Kondisi itu tentu membuat dunia cemas. Mereka khawatir pembunuhan Haniyeh itu bakal menjadi kotak pandora untuk terbukanya konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Salah satu negara yang khawatir adalah Tiongkok. Beijing mengingatkan bahwa kejadian itu dapat menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan.
“Kami sangat prihatin dengan insiden tersebut dan dengan tegas menentang dan mengutuk pembunuhan tersebut,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, Rabu (31/7/2024).
“Kami sangat khawatir bahwa insiden ini dapat menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut dalam situasi regional. Kami selalu menganjurkan penyelesaian sengketa melalui negosiasi dan dialog,” lanjut Lin.
Hal senada disampaikan Pemerintah Turki. “Kami mengutuk pembunuhan Ismail Haniyeh, dalam pembunuhan tercela di Teheran,” kata Kementerian Luar Negeri Turki, Rabu (31/7/2024).
Kementerian menambahkan bahwa serangan itu berpotensi menyebarkan perang Gaza ke dimensi regional.
“Kami menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina yang telah mengorbankan ratusan ribu martir seperti Haniyeh agar dapat hidup damai di tanah air mereka di bawah atap negara mereka sendiri,” tambahnya
Balas dendam
Kekhawatiran dunia itu memang bukan tanpa alasan. Sayap mileter Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam sudah bersumpah akan membawa perang melawan Israel ke level baru. Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan dampak lanjutan terhadap seluruh kawasan.
“Pembunuhan ini akan memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi seluruh kawasan,” tegas Brigade Ezzedine al-Qassam.
Dalam pernyataannya, Brigade Ezzedine al-Qassam juga menyebut pelanggaran kedaulatan negara-negara di kawasan sebagai kesalahan perhitungan dan seharusnya menjadi peringatan bagi semua negara dan orang-orang di kawasan ini.
Senada, Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pun marah besar. Dia bersumpah akan memberikan hukuman bagi Israel.
“Dengan tindakan ini, rezim Zionis menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi diri sendiri, dan kami menganggapnya sebagai tugas kami untuk membalas dendam atas darahnya karena ia telah menjadi martir di wilayah Republik Islam Iran,” kata Ayatollah, Rabu (31/7/2024).
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran juga mengatakan pembunuhan itu akan ditanggapi dengan respons yang keras dan menyakitkan.
“Iran dan front perlawanan akan menanggapi kejahatan ini,” katanya.
Sementara itu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang baru dilantik, juga menyatakan kegeramannya atas pembunuhan Haniyeh. Dia bersumpah akan membuat Israel menyesali pembunuhan tersebut.
“Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, kehormatan, kebanggaan, dan martabatnya, serta membuat para penyerbu menyesali tindakan pengecut mereka,” kata Pezeshkian.
Proxy war
Yang lebih mengkhawatirkan adalah keterlibatan negara-negara besar dalam konflik di Timur Tengah nanti. Sebab pejabat AS sudah terang-terangan akan membela Israel jika diserang.
“Jika Israel diserang, iya, kami akan membantu Israel mempertahankan diri. Kami sudah jelas sejak awal. Tapi sekali lagi, kami tidak ingin melihat hal itu terjadi,” ujar Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin.
Persoalannya adalah bukan tidak mungkin Rusia akan membantu Iran jika terjadi perang nanti. Sebab Iran juga sudah membantu Rusia dalam perang di Ukraina. (Berbagai sumber/N-01)