
ISTILAH “Turkish garbage” tidak secara resmi digunakan dalam pemberitaan media arus utama, namun sering muncul dalam konteks informal.
Terutama di kalangan komunitas thrift fashion dan diskusi online. Istilah ini merujuk pada fenomena limbah tekstil dari industri fast fashion Turki yang diekspor ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Latar Belakang: Limbah Tekstil dari Turki
Turki merupakan salah satu produsen tekstil terbesar di dunia, dengan produksi mencapai sekitar 1,3 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya . Sebagian besar limbah ini berasal dari industri fast fashion yang memproduksi pakaian dalam jumlah besar dengan kualitas rendah. Pakaian-pakaian ini sering kali diekspor ke negara-negara berkembang sebagai barang bekas atau sisa ekspor.
Di Indonesia, pakaian bekas impor ini dikenal dengan sebutan “baju bal” dan banyak dijual di pasar-pasar loak atau toko thrift. Namun, karena kualitasnya yang rendah dan desain yang kurang diminati, sebagian orang menyebutnya sebagai “Turkish garbage”.
Istilah ini mencerminkan persepsi negatif terhadap barang-barang tersebut, meskipun tidak semua pakaian bekas dari Turki berkualitas buruk.
2. Dalam Konteks Internet / Meme
Di internet, “Turkish garbage” kadang digunakan sebagai istilah sindiran untuk:
- Konten digital asal Turki yang dianggap aneh atau tidak berkualitas (misalnya video TikTok, iklan game, atau film low-budget).
- Ini semacam joke dalam komunitas online, di mana konten dari negara tertentu — dalam hal ini Turki — dianggap “over the top” atau absurd.
Dampak Global dan Upaya Penanggulangan
Fenomena ekspor limbah tekstil ini menjadi perhatian global karena berdampak pada lingkungan dan ekonomi negara-negara penerima. Pakaian bekas yang tidak laku sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah, mencemari lingkungan, dan membebani sistem pengelolaan sampah lokal.
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai inisiatif telah dilakukan, seperti:
- Gerakan Zero Waste: Turki meluncurkan proyek Zero Waste yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan meningkatkan daur ulang.
- Peningkatan Kesadaran Konsumen: Kampanye edukasi untuk mendorong konsumen membeli pakaian berkualitas tinggi dan tahan lama.
- Regulasi Ekspor Limbah: Beberapa negara mulai memberlakukan regulasi ketat terhadap impor pakaian bekas untuk melindungi industri lokal dan lingkungan.
Inisiatif Positif: Perpustakaan dari Barang Bekas
Selain konteks negatif, ada juga inisiatif positif terkait pengelolaan sampah di Turki. Misalnya, sekelompok petugas kebersihan di Ankara mengumpulkan buku-buku yang dibuang dan mendirikan perpustakaan umum dari koleksi tersebut. Inisiatif ini menunjukkan bagaimana barang-barang yang dianggap “sampah” dapat diubah menjadi sumber daya berharga bagi komunitas. (*/S-01)