ANIES Baswedan merasakan panggilan ke kampung halaman saat mengisi kuliah umum di Auditorium Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan Indonesia, Rabu (6/11)
Sebab kampus UPI merupakan tempat kuliah ibundanya, Profesor Aliyah. Pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat itu mengatakan masa kecilnya sering diajak main ke Ledeng.
“Ibu saya asramanya di Buahbatu, sekarang jadi RS Muhammadiyah. Lalu naik sepeda ke Asia Afrika, baru naik bus shuttle untuk ke UPI,” ungkap Anies.
” Meski saya Sarjana Ekonomi, datang ke UPI saya anggap, ini panggilan ke kampung halaman sendiri,” lanjutnya.
Kehadiran di kampus UPI mengisi kuliah bertema ‘Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Menurut Anies cinta pada tanah air harus selalu ditumbuhkan. Cinta pada Indonesia harus tanpa syarat, jangan pernah berkurang apalagi padam.
Ia menyinggung soal beberapa komentar warganet yang sering menyebut ingin pindah kewarganegaraan saat Indonesia sedang banyak masalah.
“Kalau lagi buruk jangan terus pingin ganti warga negara. Cinta pada Indonesia itu harus tanpa syarat,” ujarnya mengingatkan.
“Dan mengembalikan yang sudah kita dapat dari Indonesia dengan berbagai permasalahannya. Bersyukur atas apa yang didapatkan dari Indonesia,” lanjutnya.
Anies persoalkan bahasa Indonesia
Bicara soal bahasa Indonesia, lanjut Anies adalah bahasa yang luar biasa. Bahasa yang dapat menyatukan keberagaman.
Kebiasaan masyarakat Indonesia untuk menggunakan banyak bahasa, tidak ditemukan di bangsa lainnya.
Tapi sayangnya, kosa kata bahasa Indonesia belum kaya karena adanya keterbatasan.
Ia menceritakan saat masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, melihat lema dalam KBBI masih jauh dibandingkan dengan lema bahasa negara lain.
“Maka penting untuk membuat bahasa Indonesia jadi relevan terus ke depan,” ungkapnya
Menurutnya masyarakat mampu memperkaya bahasa dengan menyerap bahasa daerah atau istilah anak muda.
“Jadi kita harus buka ruang agar bahasa itu berkembang,” ungkap Anies.
Usai memberikan kuliah, Anies memberi pesan kepada wartawan agar menggunakan kata-kata baru dari bahasa daerah untuk menggantikan bahasa asing yang diserap ke bahasa Indonesia. (Rava/S-01)