
KAWEDANAN Kridhamardawa Kraton Yogyakarta akan menggelar uyon-uyon hadiluhung pada peringatan hari kelahiran atau Wiyosan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka-10.
Peringatan hari kelahiran itu akan digelar pada hari Senin Pon (malam Selas Wage). Pengetan Wiyosan Dalem yang bertepatan dengan 28 Dulkangidah Je 1958 atau 26 Mei 2025 kembali dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan.
Selain uyon-uyon yang merupakan gamelan orchestra, akan ditampilkan pula Beksan Wira Taruna, karya Sri Sultan HB ka 10, sehingga termasuk golongan beksan enggal.
Busana pranatan
Masyarakat dapat menonton pertunjukan ini secara luring (kuota terbatas) dengan melakukan reservasi yang dibuka pada Senin (19/05), melalui pranala bit.ly/RsvHadiluhungMei25.
Seluruh pengunjung yang menyaksikan Uyon-Uyon Hadiluhung secara luring wajib mengenakan busana sesuai pranatan atau ketentuan yang berlaku di lingkungan keraton, yakni busana pranakan (laki-laki) dan kebaya tangkeban jangkep (perempuan).
Namun bagi masyarakat yang tidak dapat hadir langsung di Bangsal Kasatriyan tetap dapat menyaksikan gelaran Uyon-Uyon Hadiluhung. Sebab acara ini dapat pula disaksikan secara daring melalui siaran langsung di kanal YouTube Kraton Jogja mulai pukul 19.00 WIB.
Joko Tingkir
Beksan Wira Taruna, bertutur tentang peperangan antara Joko Tingkir atau Mas Karebet dengan Dhadhungawuk, pemuda asal Kedu.
Dikisahkan Dhadhungawuk ingin menjadi Prajurit Wiratamtama, karena merasa memiliki kekuatan yang sangat besar. Keinginan Dhadhungawuk disambut oleh Jaka Tingkir yang kemudian memberikan syarat, yaitu Dhadhungawuk harus melawan Jaka Tingkir. Jika Jaka Tingkir kalah, jabatan Lurah Prajurit Wiratamtama akan diberikan kepada Dhadhungawuk.
Akhirnya, terjadilah perang dan adu kekuatan antara Jaka Tingkir dengan Dhadhungawuk. Ide cerita yang menjadi dasar Beksan Wira Taruna diambil dari Cariyos Babad Ing Negari Demak serta naskah T.59 koleksi Perpustakaan Widya Budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berjudul Lelangen Beksa Wiratamtama.
Interpretasi baru
Beksan Wira Taruna ditampilkan sebagai rekonstruksi dan interpretasi baru atas naskah T.59.Beksan Wira Taruna ditarikan oleh 10 penari putra serta 2 di antaranya berperan sebagai Jaka Tingkir dan Dhadhungawuk. Jaka Tingkir berkarakter alusan, sedangkan Dhadhungawuk berkarakter gagah.
Sementara gending-gending yang akan dipertunjukkan adalah geding pambuka, gending soran. Lirihan I gending Nawangsih Laras Pelog Pathet Nem, Kendhangan Sarayuda jangkep sadhawahipun minggah ladrang Bekti Laras Pelog Pathet Nem dan disusul dengan geding Lampah Beksan Wira Taruna. Kemudian geding lirihan II dan III serta penutup. (AGT/N-01)