SUNGAI Citarum memiliki makna dan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat Jawa Barat. Untuk lebih memperkenalkan Sungai Citarum, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX mengemas berbagai informasi seputar warisan di sepanjang DAS Citarum melalui kegiatan bernama “Cerita Citarum”.
“Nama Citarum dan jejak peradaban di sepanjang Sungai Citarum merupakan bagian dari identitas Citarum sebagai sebuah aliran sungai yang pada zaman dahulu telah dimanfaatkan sebagai jalur ulang alik berbagai komoditi baik dari hulu maupun hilir. Interaksi antara masyarakat di hulu dan hilir pada mulanya hanya bertujuan untuk saling tukar komoditi. Dalam perjalanan sejarah, interaksi antara masyarakat di hulu dan di hilir kemudian turut pula mempengaruhi aspek sosial budaya yang beberapa di antaranya masih bertahan hingga kini dan menjadikannya sebagai warisan budaya benda dan takbenda pada DAS Citarum,” kata Direktur Pengambangan dan Pemanfatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti saat memaparkan tentang Cerita Citarum, Jumat (31/5/2024).
Menurut Irini, jejak peradaban Citarum yang dibuktikan dengan adanya warisan budaya benda dan takbenda merupakan aset budaya penting untuk diketahui dan dipahami masyarakat. Cerita Citarum ini akan menjadi kegiatan yang mengjak sejumlah peserta untuk mengeksplorasi informasi sekaligus menjelaskan apa saja warisan budaya yang ada di sepanjang DAS Citarum.
Peserta yang diundang untuk mengikuti kegiatan ini terdiri dari para jurnalis, media instansi, organisasi profesi serta komunitas. “Kegiatan Festival Citarum sangat luar biasa, karena membuat narasi terkait peradaban Citarum Nusantara,” ungkapnya.
Peradaban itu mulai dari cagar budaya berupa candi, objek budaya, waduk, pelabuhan dan sebagainya.
Untuk lokasi yang dikujungi oleh peserta didasarkan pada warisan budaya benda yang masih bertahan. Lokasi sebaran warisan budaya terpilih di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang.
Lokasi kunjungan di Kota Bandung adalah Museum Geologi. Hal pertama yang perlu diketahui peserta adalah pembentukan geologi awal Sungai Citarum yang sangat terkait dengan terbentuknya Bandung Purba.
Lalu kunjungan ke Kabupaten Bandung, menuju Situ Cisanti dan Bojongmenje. Situ Cisanti merupakan titik awal atau hulu Sungai Citarum. Sedangkan Candi Bojongmenje merupakan candi yang masih berada di wilayah pinggiran sungai Citarum. Hal ini sesuai dengan bukti perjalanan masyarakat zaman dahulu yang kerap menandakan keberadaannya dengan membangun berbagai bangunan, termasuk bangunan religi.
Sedangkan di Kabupaten Bandung Barat adalah Gua Pawon yang menjadi salah satu bukti keberadaan manusia purba di wilayah cekungan Bandung.
Di Kabupaten Purwakarta ada DermagaTalibaju dan Bendungan Jatiluhur. Dermaga Talibaju merupakan dermaga di masa lalu menjadi terminal berbagai komoditi yang dibawa menuju hulu dan hilir.
Bendungan Jatiluhur merupakan salah satu contoh pemanfaatan sungai Citarum untuk dijadikan sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air. Sedangkan ke Kabupaten Karawang terdapat Muara Bungin dan Kawasan Percandian Batujaya. Muara Bungin merupakan hilir sungai Citarum yang pada masa dijadikan sebagai titik awal para pedagang melakukan barter komoditi ke hulu sungai Citarum.
Sedangkan Kawasan Percandian Batujaya merupakan salah satu bukti adanya peradaban yang cukup masif dan dapat dilihat bukti tinggalan budayanya. Kawasan Percandian Batujaya kini dijadikan sebagai lokasi persembahyangan umat Buddha. (Rava/S-01)