DOSEN Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, Dr. Eggi Arguni mengingatkan cacar monyet atau monkeypox (Mpox) bisa menjadi wabah.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah melaporkan adanya 88 kasus cacar monyet yang telah terkonfirmasi.
Eggi yang berpengalaman menangani cacar monyet menjelaskan penyakit ini memiliki gejala sangat mirip dengan smallpox (cacar) yang telah dieradikasi tahun 1980.
Cacar monyet pertama kali ditemukan tahun 958 di Denmark. Diawali dengan dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian.
Masa inkubasinya termasuk panjang bisa mencapai tiga minggu sehingga virus lebih cepat tersebar luas.
“Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung 2-4 minggu, namun bisa berkembang menjadi berat dan bahkan kematian,” ujarnya di FKKMK UGM, Sabtu (24/8).
Penularan Cacat Monyet Harus Diteliti
Menurutnya penularan penyakit ini masih perlu diteliti lebih lanjut. Penularan cacar monyet bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung.
Kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi. Dan kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi atau droplet pernapasan. Serta kontak langsung melalui hubungan seksual.
“Ruam di kulit, cairan tubuh, dan koreng sangat menular. Pakaian, tempat tidur, handuk atau peralatan makan yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi juga dapat menulari orang lain,” jelas Eggi.
Menurut dia, virus Mpox memiliki genomik DNA yang panjang. Sehingga berdasarkan teori, virus ini akan mengalami evolusi yang lebih lambat dibandingkan virus dengan genomik lebih pendek.
Contohnya SARS-CoV-2 menyebabkan Covid-19. “Para ahli masih terus mempelajari evolusi virus ini, “ jelas Eggy.
Dengan adanya perubahan virus bisa timbul clade (sebuah bagian dari virus) yang lebih mudah menular dan lebih menimbulkan sakit berat.
Wabah cacar monyet saat ini disebut sebagai keadaan darurat lantaran telah menimbulkan banyak kematian.
Meski sebagian besar orang yang mengalami Mpox memiliki gejala ringan. Namun bentuk infeksi yang berat dapat menyebabkan kematian. Oleh sebab itu penyakit ini tidak dapat dianggap remeh.
“Penanganan pencegahan yang tidak adekuat akan menyebabkan penyebaran infeksi virus ini sehingga akan berpotensi menjadi pandemi,” paparnya.
Eggi juga menekankan agar Pemerintah segera sosialisasi wabah Mpox kepada masyarakat khususnya penyebaran dan gejala virus ini.
Testing juga harus dilakukan supaya dapat diketahui kelompok orang yang terinfeksi dan lebih cepat memutus transmisi.
Vaksin Mpox dan antivirus saat ini juga telah dikembangkan meski masih dalam jumlah yang sangat terbatas.
Eggi menyampaikan beberapa tindakan pencegahan transmisi yang dapat dilakukan oleh orang yang sudah terinfeksi.
Antara lain untuk tetap di rumah, menghindari kontak erat dengan orang lain, menggunakan masker, rajin mencuci tangan, menutupi bagian tubuh yang terluka.
Sejak Januari hingga Juni 2024, WHO telah melaporkan bahwa terdapat sekitar 99.000 kasus terkonfirmasi Mpox dengan 208 kematian. (AGT/S-01)