
FILANTROPIS HASHIM Djojohadikusumo selaku ketua Yayasan Arsari Djojohadikusumo mengunjungi Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, bagian dari kawasan situs sejarah purba Sangiran, Selasa (13/8) sore.
Keberadaan situs Sangiran, menjadi bukti Indonesia merupakan negara super power fosil.
Keberadaannya terbukti menyimpan kekayaan luar biasa kehidupan dari masa ratusan ribu hingga jutaan tahun. Hingga menggambarkan proses evolusi sejarah peradaban dunia.
“Keberadaannya sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan dan terus dirindukan peneliti,” kata Hashim.
Ia mengungkapkan pada 2007 pernah mendampingi Prof T Jacob, paleoantropologi pertama Indonesia menerima kedatangan 40-50 calon doktor dari banyak negara untuk meneliti di Sangiran.
Dari peristiwa itu menunjukkan bahwa luar biasa arti situs Sangiran bagi dunia ilmu pengetahuan.
Yayasan Arsari dan Yayasan Wadah Titian Harapan, sangat peduli dan mendukung seluruh kegiatan Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) di Situs Sangiran.
Sejak tahun lalu, puluhan dosen dan mahasiswa arkeologi dari sejumlah perguruan tinggi di Indonesia tergabung dalam PATI, menggelar pertemuan penelitian di Desa Manyarejo.
Tahun lalu digelar PATI V melibatkan mahasiswa arkeologi dari enam perguruan tinggi.
“Tahun ini Institut Seni Indonesia ( ISI) Surakarta ikut bergabung,” kata Rochtri Agung Bawono, dosen arkeologi Universitas Udayana, Bali, sekaligus koordinator PATI VI di Manyarejo.
Sebanyak 6 perguruan tinggi yang sudah terlibat dalam kegiata PATI adalah Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Udayana.
Kemudian Universitas Hasanudin, Universitas Jambi, dan Universitas Halu Oleo.
PATI sudah terlaksana enam kali sejak 2008. Rochtri mengatakan kegiatan PATI sebagai ajang pembelajaran dan penajaman teori.
Penelitian Libatkan Masyarakat
PATI melibatkan langsung komunitas masyarakat dalam penelitian di Desa Manyanrejo
Sebagai akselerasi untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dengan para pengajar arkeologi dan mahasiswa arkeologi seluruh Indonesia.
Pelibatan masyarakat dilakukan PATI, karena selama 28 tahun situs Sangiran sebagai cagar budaya belum memberikan arti sepenuhnya bagi masyarakat sekitar, khususnya Manyarejo.
Bahkan kegiatan konservasi koleksi fosil dilakukan di rumah Mbah Asmorejo, Mbah Siswanto, Mbah Setu, Mbah Mintorejo, dan Mbah Parmin selaku Empu Balung Buti.
Lalu satu lagi koleksi fosil berada di rumah joglo Mbah Sugi yang dikelola oleh Komunitas Brayat Krajan.
PATI menyediakan satu area penemuan fosil untuk dijadikan zona edukasi bagi masyarakat luas.
Pelaksanaan ekskavasi di lokasi Zona Edukasi, membuka 1 trench dan 1 kotak ekskavasi dengan hasil temuan berupa 2 artefak paleolitik bola batu .
Kemudian 1 artefak tulang, fragmen fosil tulang fauna Bovidae, Cervus sp, dan Bos sp juga gading Stegodon di dalam lapisan batuan. (WID/S-01)







