
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab fenomena suhu panas terik yang melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Dalam keterangan tertulis, BMKG menyebutkan bahwa kondisi ini dipicu oleh beberapa faktor dinamika atmosfer yang menyebabkan cuaca dominan cerah dan minim pertumbuhan awan, terutama pada siang hari.
Akibatnya, penyinaran matahari langsung ke permukaan bumi tanpa hambatan signifikan, sehingga suhu udara terasa lebih panas di luar ruangan.
“Kondisi cuaca cerah mendominasi di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, termasuk Jabodetabek,” tulis BMKG, Selasa (14/10).
BMKG menjelaskan, sebagian besar wilayah Indonesia yang berada di selatan ekuator saat ini masih mengalami musim kemarau, sementara sebagian lainnya mulai memasuki masa peralihan menuju musim hujan pada Oktober–November.
Cuaca cerah ini turut diperkuat oleh posisi semu matahari yang bergerak ke arah selatan ekuator, membuat wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menerima penyinaran matahari yang lebih intens dibandingkan daerah lain.
Pemanasan sinar matahari paling optimal terjadi pada pagi menjelang siang hingga siang hari. Meski begitu, BMKG menegaskan bahwa fenomena ini tidak semata disebabkan oleh faktor astronomis, melainkan juga dipengaruhi oleh kecepatan angin, tutupan awan, dan kelembapan udara.
Fenomena panas terik ini diperkirakan masih akan berlangsung sepanjang Oktober, seiring dominasi cuaca cerah di siang hari.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga stamina dan kecukupan cairan tubuh, terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan, guna mencegah dehidrasi, kelelahan, dan dampak kesehatan lainnya akibat suhu panas ekstrem. (*/S-01)







