ASTRAZENECA, perusahaan farmasi, memperingati Hari Asma Sedunia 2024 dengan menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kesehatan paru-paru.
Tahun ini yang jadi perhatian khusus kesehatan pernapasan adalah dengan memberikan fokus pada deteksi dini asma anak usia prasekolah.
Salah satunya memperkenalkan situs www.nafaslega.id yakni orang tua dapat dengan mudah mencari berbagai informasi mengenai gejala dan penanganan asma pada anak dan manfaat mengetahui risiko asma sejak dini.
“Kesejahteraan anak menjadi fokus kami dalam menangani asma. Kami berkomitmen memastikan pengelolaan dan pengobatan asma yang efektif, sehingga anak-anak dapat menjalani kehidupan berkualitas semaksimal mungkin. Ini termasuk dengan megedukasi orang tua agar dapat membuat keputusan terbaik bagi kesehatan anak mereka,” kata Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Esra Erkomay.
Dalam memperingati Hari Asma Sedunia yang tahun ini bertema Asthma Education Empowers, AstraZeneca Indonesia bermitra dengan PrimaKu, mitra resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dengan memberdayakan orangtua melalui talkshow edukasi bertema Kenali Prediksi Asma Pada Balita.
“Harapannya, orang tua memahami kapan harus mencari bantuan medis untuk anak-anaknya,” ujar Esra.
Pada talkshow edukasi itu, Medical Director AstraZeneca Indonesia dr Feddy menjelaskan deteksi dini berperan penting mengurangi dampak asma terutama pada anak usia prasekolah.
“Dengan aktif mengatasi berbagai tantangan terkait asma kelompok usia ini, orang tua dan penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi dan mengelola gejala asma sesegera mungkin,” jelas Feddy.
Dia membagikan data terbaru Survei Kesehatan Indonesia 2023 yakni jumlah total penderita asma di Indonesia mencapai 877.531, dengan jumlah tertinggi di Jawa Barat (156.977), Jawa Timur (130.683), dan Jawa Tengah (118.184).
“Survei Kesehatan 2023 menunjukkan proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir menurut kelompok usia tetap tinggi, dengan anak di bawah 1 tahun memiliki tingkat kekambuhan 53,5%, usia 1-4 tahun memiliki tingkat lebih tinggi yakni 66%, dan mereka berusia 5-14 tahun menghadapi risiko kekambuhan sebesar 59,8%2,” jelas dr Feddy.
Ketua UK Respirologi IDAI DKI Jakarta Dr Madeleine Ramdhani Jasin SpA (K) menjelaskan selain riwayat medis dan pemeriksaan fisis dalam mendiagnosis asma pada anak, terdapat juga pemeriksaan pendukung.
Salah satunya yakni alat prediksi Pediatric Asthma Risk Score (PARS). Penelitian menunjukkan PARS dianggap sebagai alat prediksi sederhana, efektif, dan personal untuk memperkirakan risiko asma pada anak.
Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia Hoerry Satrio mengatakan untuk membantu orang tua, pihaknya meluncurkan serangkaian inisiatif edukatif yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang tanda dan gejala asma pada anak prasekolah.
Upaya ini mencakup kampanye berisi informasi secara online dan kolaborasi dengan ahli kesehatan untuk memfasilitasi deteksi dan intervensi dini.
“Dengan fokus pada deteksi dini, kami bertujuan mendorong pendekatan proaktif dalam mengelola asma pada anak prasekolah, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada peningkatan hasil kesehatan dan kualitas hidup lebih baik,” kata Hoerry.
Sementara itu, Zaskia Adya Mecca yang hadir pada talkshow mengatakan sebagai orang tua harus proaktif bertanya kepada dokter anak untuk melakukan screening awal melalui tes risiko asma dan alergi untuk mengetahui tingkat risiko asma pada anak. (RO/H-5)