Redupnya Peran Perempuan Pascaperang Jawa

PEREMPUAN Jawa dalam catatan sejarah, tidak hanya berkutat pada urusan ‘dapur-sumur-kasur’, namun memiliki peranan yang sangat besar dan luar biasa. Gusti Kangjeng Ratu (GKR) Bendara — salah satu putri Sri Sultan Hamengku Buwono X — mengatakan, perjalanan dalam mendefinisikan konteks dan konsep perempuan dalam kebudayaan memang mengalami pasang surut.

“Pada periode tertentu perempuan dalam kedudukan begitu luhur dengan segala keagungannya,” katanya di depan peserta Seminar dan Bedah Buku ‘Jejak Peradaban, Perempuan di Ruang Domestik, Publik dan Politik’ yang membedah buku berjudul GKR Hemas Ratu di Hati Rakyat di Yogyakarta, Sabtu (14/12).

GKR Bendara mengungkapkan, dalam Kakawin Subadra Wiwaha, perempuan diibaratkan sebagai penjelmaan bunga Srigading ( (Nyctanthes arbor-tristis) yang menyatukan kecantikannya, dengan gigi yang bercahaya, bibirnya seperti keindahan bunga Katirah, matanya bersemayam bunga Teratai Biru dan bunga Gadung yang menjulur di leher. Rambut perempuan bagai keindahan sulaman bunga Bakung.

BACA JUGA  Kemendikbud-Ristek Berharap Banyak lagi Artefak yang Dipulangkan Belanda

“Para pujangga menggambarkan kecantikan perempuan serupa dengan keindahan alam yang tak terbatas,” katanya.

Relasi kerajaan

Realitas tersebut, ujarnya, berhubungan dengan relasi politik dan sosial kerajaan sebagai penanda kekuasaan seorang raja secara individual.
Di Keraton Yogyakarta, katanya sejarah perempuan yang diwakili oleh narasi permaisuri cukup prominen.

“Mereka para permaisuri itu patut diperhitungkan dalam perjalanan sejarah pemerintahan di kota kerajaan terutama di keraton-keraton Jawa bagian selatan,” jelasnya.

Berdasarkan definisinya, lanjut GKR Bendara, kata permaisuri (prameswari — Jawa) atau parama iswari merupakan terminologi Jawa yang berarti ‘langkung luhuring pawestri’ atau perempuan utama.

Posisi strategis

Pada realitas sejarah, katanya lagi, permaisuri sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono I juga memegang posisi strategis dalam kemiliteran. Permaisuri, lanjutnya adalah Panglima Kesatuan Langenkusuma.

BACA JUGA  Sikat Belanda, Austria Melenggang ke 16 Besar Sebagai Juara Grup

“Perempuan tidak hanya sekadar bisa berperang tetapi juga mahir dalam taktik dan strategi militer, strategi perang dan bahkan politik. Kesatuan Langenkusuma menjadi praksis muruah bagi perempuan pada paruh abad ke-19,” urainya.

Bahkan pada abad yang lebih muda, Keraton Yogyakarta mencatat adanya permaisuri yang mampu menjadi diplomat ulung, negosiator handal dan pengelola tata negara strategis yang sangat mumpuni. Permaisuri ini dalam sastra babad dikenal dengan nama Gusti Kangjeng Ratu Sultan atau Ratu Andayaningrat.

“Ia dapat disebut sebagai Srikandi dari Keraton Jawa,” katanya.

Domestifikasi

Peran perempuan di kancah strategis ini mengalami kemerosotan setelah Perang Jawa (Java Oorlog) atau Perang Diponegoro 1825-1830. Pascaperang Jawa, jelasnya, menjadi penanda tatanan baru di keraton-keraton Jawa. Peran perempuan ujarnya dikerdilkan dan mengalami kondisi yang disebut domestifikasi.

BACA JUGA  Daftar Tim 8 Besar Euro 2024 Jerman dan Jadwal Laga

“Kondisi dan peran perempuan Jawa mengalami pasang surut sejak tahun 1375 berdasar relief Kresnayana di Candi Panataran hingga Perang Jawa,” jelasnya.

Kondisi perempuan yang mengalami domestifikasi ini, kata GKR Bendara, menjadi konsekuensi dari kondisi sosial-politik kalah perang. Dalam tatanan baru Pasca Perang Jawa, katanya, perempuan kembali menjadi objek pingit yang menempatkan gender laki-laki sebagai pelakunya.

Padahal, jelasnya, jika dilakukan telaah yang lebih lanjut, narasi peran perempuan merujuk pada gendernya yang dinamis, bukan dalam realita yang statis. (AGT/N-01)

Dimitry Ramadan

Related Posts

Antisipasi Krisis Pangan, Disdik Gandeng DKPP Kota Bandung

UNTUK mengantisipasi kekurangan menu bahan makanan terutama sayur-sayuran dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, akan berkoordinasi dengan Dinas ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung…

Metamorfosa Barongsai, dari Hiburan Jadi Cabang Olahraga

SETIAP memperingati Imlek, tentu tidak tidak ketinggalan dengan atraksi Barongsai yang telah menjadi bagian dari budaya populer dan bisa dinikmati oleh semua kalangan. Penampilan barongsai bahkan kini bisa disaksikan di…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Pendekar Bodoh Melebarkan Sayap D’Cost di Sidoarjo

  • January 24, 2025
Pendekar Bodoh Melebarkan Sayap D’Cost di Sidoarjo

Tim All Stars Solo Telan Dua Kekalahan di MilkLife Soccer Challenge

  • January 24, 2025
Tim All Stars Solo Telan Dua Kekalahan di MilkLife Soccer Challenge

KAI Logistik Kelola 27 Juta Ton Barang di 2024

  • January 24, 2025
KAI Logistik Kelola  27 Juta Ton Barang di 2024

Antisipasi Krisis Pangan, Disdik Gandeng DKPP Kota Bandung

  • January 24, 2025
Antisipasi Krisis Pangan, Disdik Gandeng DKPP Kota Bandung

Metamorfosa Barongsai, dari Hiburan Jadi Cabang Olahraga

  • January 24, 2025
Metamorfosa Barongsai, dari  Hiburan Jadi  Cabang Olahraga

Pemprov Jateng Raup Pendapatan Rp19,363 Miliar dari PKB

  • January 24, 2025
Pemprov Jateng Raup Pendapatan Rp19,363 Miliar dari PKB