
KELUARGA korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo yang menewaskan 67 orang meminta proses hukum tetap dijalankan seiring proses identifikasi korban yang masih berlangsung.
“Sebagai keluarga kami sangat terpukul. Kami sangat kehilangan,” kata salah satu keluarga korban, Fauzi, yang berdomisili di Depok, Jawa Barat di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya, Selasa (7/10) malam.
Dia mempertanyakan prosedur keselamatan sebelum kejadian, terutama aktivitas pengecoran di lantai atas saat para santri sedang melaksanakan salat di bawah.
“Saat itu ada pengecoran di atas, sementara di bawah ada yang salat. SOP-nya di mana? Kalau ada kelalaian, harus diproses secara hukum, siapapun pelakunya,” lanjutnya.
Putra Fauzi sendiri yakn Toharul Maulidi, 16 selamat dalam insiden tersebut. Namun empat keponakannya, Albi, Ubaidillah, Haikal Ridwan, dan Muzaki Yusuf meninggal dunia.
67 meninggal
Sebelumnya, Direktur Operasi Basarnas Laksamana Bramantyo mengungkapkan bahwa sebanyak 171 orang telah dievakuasi, 67 orang meninggal dunia dan 104 orang selamat.
“Dari total keseluruhan korban terevakuasi adalah 171 orang, kemudian 67 orang meninggal dunia, dari 67 di antaranya 8 itu adalah body part, kemudian selamat 104,” kata Bramantyo, Selasa (7/10/2025).
Bramantyo mengatakan 8 body part atau bagian tubuh itu diperkirakan merupakan rangkaian korban meninggal. Kepastiannya masih menunggu hasil identifikasi pihak DVI (Disaster Victim Identification). (*/N-01)








