
WAKIL Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan bahwa sampai akhir April nanti, serapan gabah petani bisa mencapai 2 juta ton setara beras. Dengan demikian tahun ini dipastikan pemerintah tidak akan ada impor beras.
Hal itu disampaikan Wamentan seusai bersilaturahmi dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo di kediaman Sumber, Solo, Minggu (20/4/2025) petang. “Tadi dipuji sama Pak Jokowi,” ungkapnya.
Dia paparkan, sebagai orang yang pernah membantu Kabinet Jokowi selama 4 bulan, dirinya perlu menyatakan, hasil pengelolaan pertanian sekarang ini meneruskan hasil kerja keras tahun lalu.
“Sedikit banyak kita kan meneruskan hasil kerja keras tahun lalu, yang mana dua bulan itu periode Pak Prabowo sebagai presiden, dan 10 bulan periode Pak Jokowi,” tegas dia.
Produksi melimpah
Yang menggembirakan adalah, lanjut dia, selama 4 bulan kepemimpinan Presiden Prabowo, produksi beras Indonesia pada MT I/2025 melimpah di tengah negara tetangga sedang kesulitan beras.
“Malaysia susah beras, demikian juga Filipina, termasuk Jepang harga lagi susah, sebab dari Rp 40 ribu/kg menjadi Rp90 an ribu per kilo,” sergah dia.
Ia menegaskan, di tengah isu negatif yang dihembuskan sejumlah pihak, ternyata hasilnya bagus. Serapan hingga kini sudah sampai 1,3 juta ton setara beras, dan jika sampai akhir April mencapai 2 juta ton setara beras dipastikan Indonesia tahun ini tidak perlu impor.
Dia katakan, kalau ada satu dua orang komplain terhadap serapan gabah, dipastikan akan ada upaya perbaikan. Pemerintah tidak menutup mata terhadap kejelekan dan tentunya terus diperbaiki.
“Kalau sampai bisa dua juta ton pada akhir April, akan kita sampaikan pada Presiden Prabowo, tidak akan impor beras. Target presiden tahun ini sudah tidak impor,” ujar dia.
Dikuasai tengkulak
Pada bagian lain Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air ( P3A) Irigasi Dam Colo Timur, Sarjanto Jigong mengatakan, bahwa panen di sejumlah wilayah Kabupaten Sukoharjo masih dijual bebas, meski harga GKP (gabah kering panen) di bawah harga HPP Pemerintah yang Rp6500/kg.
“Masih dijual bebas, meski harga GKP hanya dikisaran Rp5800- Rp6000/kg. Hal itu terjadi karena petani kekurangan alat dan tenaga panen, sehingga dikuasai tengkulak,” kata dia.
Menurutnya pada Senin (21/4/2025) petani Desa Pranan, Mojolaban Sukoharjo mulai panen. Namun petani tetap menjual bebas, karena pertimbangan tidak memiliki alat dan tenaga.
Tidak punya insfrastruktur
Terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen Suratno mengatakan, Bulog diakui memang memberikan harga GKP sebesar Rp 6500/kg. Namun gabah petani itu sudah harus berada di karung dan di pinggir jalan.
“Kelemahan Bulog adalah tidak memilik infrastruktur yang lengkap dan juga gudang beras terbatas. Mestinya jika di tiap kabupaten Bulog membangun gudang, akan memudahkan,” terang Suratno.
Saat ini banyak penggilingan besar seperti PT Sakti di Sidoharjo dan perusahaan Wilmar bersedia meminjamkan alat panen kepada petani. Hal itulah yang membuat petani menyerahkan gabah kepada mereka melalui tengkulak.
Langsung ke sawah
“Harga GKP di Sragen masih di kisaran Rp 6200 – Rp 6300/kg. KTNA sudah usulkan kepada Bupati Sragen, untuk memberikan kesejahteraan kepada petani, dalam hal ini harga sesuai pemerintah, maka alat pertanian ini mendesak diadakan di tiap desa, agar memudahkan dan menekan ongkos produksi,” pungkas dia.
Pada saat sama Ketua Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air Irigasi Cengklik, Boyolali, Samidi mengatakan, jika Bulog terjun langsung ke sawah untuk menyerap, itu tentu akan memberikan pengharapan untuk ekonomi petani. (WID/N-01)