
KUNJUNGAN DPR ke Bursa Efek Indonesia di tengah anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 7% bukan langkah tepat dan tidak memberi solusi konkret.
Ekonom UGM Dr. I Wayan Nuka, Senin (24/3) menilai kepercayaan menjadi faktor utama yang harus segera dipulihkan.
“Ini kan masalah kepercayaan, satu-satunya cara adalah menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah punya itikad baik dan memberi sinyal positif,” tegasnya.
Menurut dia, merosotnya harga IHSG tidak bisa diperbaiki dengan langkah politis dengan hadirnya anggota DPR.
Pemulihan kepercayaan itu adalah hal yang sulit. Sebagai negara yang bersaing untuk menarik investor dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, dan negara lainnya.
Indonesia harus mampu menunjukkan stabilitas ekonomi dan politik. Jika tidak, capital outflow akan terus berlanjut.
“Kita tidak bisa hanya memburu investor, sementara negara lain justru menunjukkan perbaikan,” ujarnya.
Langkah yang dapat dilakukan masyarakat di tengah situasi ini, Wayan menyarankan pendekatan yang lebih berhati-hati dalam investasi.
Ia mengimbau agar masyarakat menggunakan mode bertahan dan diharapkan tidak terlalu agresif dalam mengeluarkan uang. Sebaliknya, masyarakat harus menahan, menunggu, dan melihat keadaan ekonomi.
Kunjungan DPR harusnya memberi solusi
Wayan juga mengingatkan bahwa gelombang PHK semakin meluas sehingga masyarakat perlu lebih waspada dalam mengelola keuangan pribadi.
“Pertebal dana cadangan, lakukan efisiensi, dan prioritaskan kebutuhan. Seluruh masyarakat harus menyadari bahwa kita sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja” pesannya.
Meski demikian, Wayan tetap mengajak masyarakat untuk menjaga optimistis sembari berharap agar pemerintah mau berbenah diri.
“Seberapapun gelapnya kondisi negara ini, kita tetap orang Indonesia. Kalau bukan kita sendiri yang optimis, siapa lagi? Namun, kita juga berharap ini bisa menjadi peringatan bagi pemerintah untuk menghindari kebijakan-kebijakan yang antipasar,” ujarnya.
Ia mengingatkan merosotnya harga IHSG ini telah memaksa Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan atau trading halt oleh BEI (Bursa Efek Indonesia).
Bahkan pula Bank Investasi dan pengelola aset global Goldman Sachs sebelumnya juga telah menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia setelah memperkirakan adanya peningkatan risiko fiskal atas sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto.
Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Penurunan peringkat ini memperparah aksi jual asing di bursa saham domestik.
Ekonom UGM ini menilai penurunan IHSG bukan sekadar respons terhadap kondisi ekonomi, tetapi juga mencerminkan persepsi investor terhadap stabilitas nasional.
“Kalau sebuah indeks jatuh secara ekstrem seperti kemarin, itu sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dipersepsikan oleh para investor,” ungkapnya.
Ia kemudian menyodorkan data yang menunjukkan dalam beberapa hari sebelum jatuhnya IHSG sudah terjadi lonjakan net sale oleh investor asing.
Wayan menjelaskan hal ini menandakan adanya dorongan kuat dari investor untuk segera melepas aset mereka dan mencari peluang yang lebih baik di negara lain.
“Kalau kita lihat indeks di hari yang sama, hanya Indonesia saja di Asia yang merah, yang lain hijau semua. Dugaan saya ini ada shifting, dana yang keluar dari Indonesia masuk ke negara-negara lain di kawasan tersebut,” ujarnya.
Kepala Program Studi Manajemen tersebut menegaskan pelemahan IHSG ini tidak bisa terjadi secara tiba-tiba, tetapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor.
Mulai dari kebijakan pemerintah yang kontroversial, terungkapnya kasus korupsi di sejumlah BUMN, hingga ketidakpastian politik yang berkepanjangan. Investor melihat tanda-tanda keadaan negara ini yang mengimplikasikan adanya sesuatu yang tidak baik-baik saja.
“Kita defisit makin melebar, angsuran utang meningkat, dan lembaga rating internasional pun menurunkan peringkat kita. Kalau mereka saja sudah bilang turun, apa yang bisa kita katakan lagi?” tambahnya. (AGT/S-01)