
MASYARAKAT Transportasi Indonesia (MTI) mendesak sinergitas angkutan kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Pemda dengan Asita untuk menarik kunjungan wisatawan dan sekaligus membenahi angkutan umum di daerah.
Menurut Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat, Djoko Setijowarno, keberadaan angkutan KSPN bisa dikembangkan untuk membenahi angkutan umum di daerah wisata.
“Baik angkutan antar kota atau kabupaten (AKDP) maupun di lokasi wisata di daerah. Jadi angkutan KSPN untuk mengemvangkan destinasi wisata dan keselamatan transportasi wisata saling bertautan,” beber Djoko, Selasa ( 3/12) kepada Mimbar Nusantara.
Beberapa waktu terakhir ini, ujar pengamat transportasi dari Unika Soegijopranoto, Semarang itu tidak hanya angkutan perkotaan yang terus berkurang, namun angkutan antar kota/kabupaten dalam provinsi (AKDP).
Dia paparkan, di sejumlah daerah bus (AKDP) sudah banyak yang tidak beroperasi. Selain itu angkutan perkotaan, armada yang beroperasi rata-rata usia sudah di atas batas usia operasi 7 tahun.
“Jika dipaksakan, para pengusaha lebih memilih menutup trayeknya, ketimbang dioperasikan sangat berisiko keselamatan dan minim penumpang,” tegas dia.
Harus dikembangkan
Mestinya, sambung Djoko, program angkutan KSPN yang dimulai 2019 dapat dikembangkan sebagai angkutan umum antar kota/kabupaten. Sementara angkutan perkotaan (angkot) atau angkudes masih terus beroperasi dikarenakan jarak layanan lebih pendek dan kecepatannya rendah.
Berdasarkan data dari Perum Damri pada Oktober 2024, terdapat 34 trayek Angkutan KSPN dilayani 43 armada dengan tingkat isian rata-rata 28,19 persen.
“Tingkat isian kurang dari 50 persen, semestinya dilakukan evaluasi dapat ditutup atau dialihkan ke darah lainnya. Ke depan harus pula dipikirkan tidak hanya angkutan KSPN yang melayani point to point atau antar simpul transportasi,” katanya.
Pelajaran dari Bali
Perlu ada penegasan, bahwa program angkutan KSPN bisa membenahi angkutan umum di daerah wisata. Hal ini belajar dari wisata di Pulau Bali, yang mengalami kemacaten parah disebabkan angkutan umum punah dan dijejali kendaraan pribadi yang berlebihan.
“Sebagai daerah wisata, tentu kurang menguntungkan.Oleh sebab itu, program angkutan KSPN dapat diperluas jangkauannya dengan mengembangkan sekaligus membenahi angkutan umum di daerah wisata,” sergah dia.
Program itu bisa pula diterapkan di Pulau Belitung, Balige, Pulau Samosir, Kawasan Borobudur, Parapat, Labuan Bajo, Raja Ampat, Pulau Morotai, Mandalika.
Perlu dibenahi
MTI berharap, angkutan umum yang dibenahi itu tidak hanya melayani pelancong, namun dapat dinikmati warga juga. Seperti misalnya frekuensi ke bandara, seperti di Labuan Bajo, akan semakin sering.
Bandara Komodo terletak tidak jauh dari kota, sehingga trayek angkutan umum yang dirancang bisa juga melayani trayek ke bandara Komodo.
Pada bagian lain, Djoko menjelaskan, bahwa dalam penyelenggaraan angkutan KSPN, memang terdapat sejumlah kendala, terutama di Perum. Damri, 2024. Setidaknya ada 10 hambatan, dan itu harus dibenahi secepatnya. (WID/N-01)