
PENGAMATAN selama sepekan dari hari Jumat (12/9) hingga Kamis (18/9), Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat terjadinya 1 kali awan panas guguran dan
101 kali muntahan lava di gunung Merapi.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santosa menjelaskan awan panas guguran tersebut mengarah ke hulu Sungai Krasak dan Kali Sat/Putih dengan jarak luncur maksimum 2000 meter. Selain awan panas guguran, ujarnya, juga terjadi 101 kali guguran lava.
“Jumlah guguran lava yang dapat teramati adalah sebanyak 11 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimum 2.000 meter, 36 kali ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimum 2.000 meter, dan 62 kali ke arah hulu Kali Sat/Putih sejauh maksimum 2.000 meter,” kata Agus Sabtu malam (21/9) WIB.
Perubahan marforlogi
Dari aspek morfologi, katanya teramati adanya sedikit perubahan pada Kubah Barat Daya akibat perubahan volume kubah dan aktivitas guguran lava. Sedangkan untuk Kubah Tengah, tidak teramati adanya perubahan morfologi.
“Berdasarkan analisis foto udara tanggal 25 Agustus 2025, volume Kubah Barat Daya dan Kubah Tengah berturut – turut adalah sebesar 4.179.900 meter kubik dan 2.368.800 meter kubik,” katanya.
Kegempaan, imbuhnya, Pada periode pengamatan ini, sebanyak 1 kali gempa Awan Panas Guguran (APG), 27 gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 568 gempa Fase Banyak (MP), 2 gempa Low Frequency (LF), 570 gempa Guguran (RF) dan 12 gempa Tektonik (TT) terekam oleh jaringan seismik yang terpasang di Gunung Merapi dan sekitarnya.
Intensitas kegempaan pada periode pengamatan ini lebih rendah dibandingkan dengan intensitas kegempaan pada minggu sebelumnya.
Aktivitas vulkanik
Agus Budi Santosa menambahkan pada minggu ini, terjadi hujan di sekitar Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada 16 September, tercatat di Pos Kaliurang sebesar 11 mm/jam selama 118 menit. Tidak dilaporkan adanya penambahan aliran maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
“Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif ehingga status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga atau Level III.”
“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” katanya. (AGT/N-01)







