
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknomogi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengungkapkan, selama sepekan dari Jumat (30/5) hingga Kamis (5/6), kubah lava barat daya yang berada di puncak Gunung Merapi bertambah besar sekitar 52.500 meter kubik menjadi 4.049.300 meter kubik. Sedangkan kubah lava tengah, relatif tetap dan tidak mengalami perubahan yang signifikan, sebesar 2.367.300 meter kubik.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santosa dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/6) menjelaskan penghitungan besaran kubah lava tersebut didasarkan pada foto udara yang dihasilkan melalui survei lapangan dengan menggunakan drone pada 30 Mei.
“Berdasarkan analisis foto termal, suhu tertinggi pada kubah barat daya dan kubah tengah nilainya relatif sama dibandingkan dengan hasil pengukuran suhu periode sebelumnya, yaitu sebesar 247,4 derajat Celsius untuk kubah barat daya dan 217,9 derajat Celsius untuk kubah tengah,” jelasnya.
Perubahan morfologi
Dari aspek perubahan morfologi, imbuhnya teramati adanya sedikit perubahan morfologi pada kubah barat daya akibat penambahan volume dan aktivitas guguran lava. Sedangkan untuk kubah tengah, tidak teramati adanya perubahan morfologi.
Selama masa pengamatan tersebut, imbuhnya, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang hingga sore hari berkabut. Sepanjang periode pengamatan, katanya, Gunung Merapi tampak mengeluarkan asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal, bertekanan lemah, dan dengan tinggi asap bervariasi dari 15 meter hingga 250 meter.
Pada minggu ini, katanya, jumlah guguran lava yang dapat teramati adalah sebanyak 14 kali ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimum 2.000 meter, 20 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimum 1.900 meter, dan 39 kali ke arah hulu Kali Sat/Putih sejauh maksimum 2.000 meter.
Fase banyak
Dikatakan, pada periode pengamatan ini, terjadi gempa sebanyak 1.583 kali dengan rincian 943 gempa Fase Banyak (MP), 633 gempa Guguran (RF), dan 7 gempa Tektonik (TT).
Menurut dia intensitas kegempaan pada periode pengamatan ini masih cukup tinggi dan relatif sama dengan intensitas kegempaan pada minggu sebelumnya.
Agus Budi menambahkan pada minggu ini, terjadi hujan di sekitar Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 31 Mei 2025, tercatat di Pos Babadan (Magelang) sebesar 23 milimeter/jam selama 125 menit.
Awan panas
“Tidak dilaporkan adanya penambahan aliran maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi,” katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental maka disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. “Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga,” katanya.
Dia menambahkan data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.
Potensi bahaya saat ini jelasnya berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. “Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak,” katanya.
Upaya mitigasi
BPPTKG, katanya meminta Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi.
“Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,” katanya. (AGT/N-01)