TEKAD Pemkab Wonogiri untuk menurunkan kasus stunting sebesar 5% pada tahun ini seperti tidak main-main. Hal itu dibuktikan dengan kucurkan anggaran Rp13 miliar.
Selain itu, untuk gerak di lapangan dibentuk pula tim percepatan penurunan stunting beranggotakan gabungan sejumlah OPD dan para kepala desa, sebagai upaya meminimalisasi hambatan.
“Program penanggulangan stunting, dengan cara pembuatan klaster di puluhan desa yang masih merah. Ada 41 desa dan kelurahan merah yang penanganannya dibagi 3 klaster,” tukas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB dan P3A) Wonogiri, Mubarok dalam wawancara per telepon, Rabu (12/6).
Dia mepaparkan, setiap klaster penanggungjawabnya adalah OPD teknis terkait yang diketuai oleh seorang asisten Sekda. Dan dari 3 klaster itu, tiap klaster dibagi 3 kelompok, dengan setiap kelompok membawahi 5 desa, dengan penanggung jawab 2 OPD teknis.
Dengan data permasalahan desa yang dipotret, setiap kelompok melakukan intervensi pada sasaran bersama tim pendamping keluarga.
“Hasilnya nanti dilaporkan per kegiatan melalui link form yang sudah disiapkan,” ujar Mubarok.
Masih tinggi
Saat ini di kabupaten Wonogiri, memang masih ada 41 desa di 14 kecamatan, yang hingga periode Juni ini memiliki kasus stunting tinggi. Rata-rata masih di atas 16%, terutama beberapa desa yang ada di kecamatan Tirtomoyo, Baturetno, Karangtengah, dan Manyaran.
“Sehingga perlu diintervensi secara masif. Dengan langkah ini, prevalensi stunting bisa ditekan hingga 10 persen. Kita terus mengevaluasi, terutama sejumlah desa di empat kecamatan di atas, sudah rutin penimbangan anak dan penambahan gizi, tetapi masih tetap tinggi ” tukas dia.
Dia paparkan, saat ini angka penimbangan di wilayah merah sudah mencapai 92 persen, atau hanya kurang 8 persen dari 45.000 anak. Ini berarti masih sekitar 300-400 anak tidak menimbang. Dulu masih 80 persen, namun kini terus meningkat dan hampir 100%.
Arahan dari Bupati Joko Sutopo, bahwa Pemkab tahun ini menargetkan ‘Zero Stunting’ di Wonogiri, dengan target penurunan riil sebesar 4-5%. Secara pergerakan angka stunting di Wonogiri pada 2020 sebesar 13,08 persen. Lalu 2021 sebesar 12,85%, dan 2022 sebesar 10,62%, serta 2023 sebesar 9,39%.
Dia berharap, jika tidak ada anomali, pada 2024, akan dilakukan intervensi yang lebih nasif, supaya mampu menurunkan 4 – 5 persen . Dengan pengadaan paket antropometri yang dilaksanakan di 2.153 posyandu se Wonogiri berikut program pemberian makanan tambahan (PMT) senilai Rp7 miliar, diyakini akan mampu menurunkan.
Sejauh ini, tegas Mubarok, melalui data base di aplikasi Cinta Mutiara Keluarga yang berbasis elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat, seluruh perkembangan jumlah ibu hamil, anak balita, hingga anak balita stunted bisa terpantau, dan diharapkan menjadi parameter keberhasilan Pemkab Wonogiri dalam menuntaskan kasus stunting. (WID/N-01)