
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprakirakan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta segera memasuki musim kemarau. Bahkan, wilayah Gunungkidul Bagian Utara, pada Dasarian III bulan Juni 2025 ini telah memasuki musim kemarau.
“Ini akan segera disusul daerah lainnya,” kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, Senin (30/6).
Dalam keterangannya kepada wartawan, Reni menjelaskan curah hujan pada Dasarian I bulan Juli 2025 diprediksi dalam kategori rendah berkisar antara 0 – 50 milimeter dengan sifat hujan umumnya Atas Normal (AN), Dasarian II bulan Juli 2025 diprediksi dalam kategori rendah berkisar antara 0 – 20 milimeter dengan sifat hujan umumnya Bawah Normal (BN).
Curah hujan
“Curah hujan pada Dasarian III bulan Juli 2025 diprediksi dalam kategori rendah berkisar antara 0 – 10 milimeter dengan sifat hujan umumnya Bawah Normal atau BN,” jelasnya.
Sedangkan untuk tiga bulan ke depan, imbuhnya, curah hujan di wilayah DIY diprediksi bulan Juli 2025 berkisar 21 – 150 milimeter per bulan atau dalam kriteria rendah – menengan dengan sifat hujan Atas Normal (AN), kemudian curah hujan bulan Agustus 2025 diprediksi berkisar 0 – 100 milimeter per bulan atau dalam kriteria rendah dengan sifat hujan seluruhnya Atas Normal (AN) dan curah hujan pada bulan September 2025 diprediksi berkisar 21 – 200 milimeter per bulan atau termasu kriteria rendah – menengah dengan sifat hujan seluruhnya Atas Normal (AN).
Hujan di musim kemarau
Reni Kraningtyas mengemukakan lagi, prediksi sifat hujan musim kemarau 2025, seluruhnya Atas Normal (AN).
“Prediksi puncak musim kemarau 2025, seluruhnya pada bulan Juli 2025 dan prediksi durasi musim kemarau 2025 umumnya bervariasi antara 13 – 15 dasarian atau sekitar 4 – 5 bulan, kecuali Kabupaten Kulon Progo bagian utara 10 – 12 Dasarian 3 – 4 bulan,” jelasnya.
Selatan equator
Sementara akhir musim kemarau 2025, kara Reni, umumnya pada Dasarian I Oktober 2025, kecuali Kabupaten Kulon Progo bagian barat dan selatan pada Dasarian II Oktober 2025.
Sementara angin di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator bertiup dari tenggara. Hal ini, jelasnya mengindikasikan Monsoon Australia mulai menguat.
“Indeks El Nino Southern Oscillation atau ENSO berada dalam kondisi netral dan diprediksi akan bertahan hingga semester kedua 2025. Sedangkan Dipole Mode Indeks atau DMI berada dalam kategori IOD netral dan diprediksi akan berlanjut hingga semester kedua 2025 dan Madden Julian Oscillation atau MJO diprediksi tidak aktif di wilayah Indonesia. (AGT/N-01)