LUAS tanam dan produksi padi nasional menurun tajam. Data Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan (PKKP) menunjukkan luas tanam Oktober 2023 hingga Februari 2024, hanya 5,4 juta ton atau menurun 1,9 juta hektare dibanding periode sama 2015-2019 yang mencapai 7,4 juta hektare.
Tentu itu berdampak pada produksi beras sejak 2019-2023. Deputi Bidang PKKP Kementerian Pertanian Andriko Noto Susanto mengatakan produksi beras hanya berkisar 30 hingga 31 juta ton. Jauh lebih rendah dibanding 2018 sebesar 34 juta ton.
“Artinya, terjadi kekurangan pasokan dalam negeri, karena kebutuhan nasional per tahun, rata-rata 31,2 juta ton,” ungkap Andriko Noto di Makkasar, Sulawesi Selatan, Senin (10/6/2024).
Hal serupa dialami Provinsi Sulawesi Selatan. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel terlihat terjadi penurunan luas panen pada Januari hingga April 2024 sebesar 25 persen.
Kepala BPS Sulsel Aryanto menjelaskan luas panen pada Januari 2024 mencapai 6,66 ribu hektare, dengan potensi panen sepanjang Januari hingga April 2024 seluas 238,67 hektare.
“Dengan demikian, total luas panen padi pada Januari−April 2024 mencapai 245,33 ribu hektare, atau mengalami penurunan sekitar 81,44 ribu hektare (24,92 persen) dibandingkan luas panen padi pada Januari−April 2023 yang sebesar 326,77 ribu hektar,” jelas Aryanto.
Untuk mengantisipasi ancaman ketahanan pangan yang terjadi tahun ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menargetkan sebanyak 13.648 hektare rawa bisa dijadikan persawahan padi, sebagai upaya menggenjot peningkatan produksi padi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Imran Jausi mengatakan kekeringan tahun lalu sangat berdampak pada penurunan produksi padi.
“Dan tahun ini, tentu tidak mau hal serupa terjadi lagi tahun ini. Karenanya, apa yang kita lakukan sekarang ini dari target kita dari 13.648 ha rawa yang kita jadikan pertanaman padi minimal kita naikkan indeks pertanamnya 100 ke 200 kalau bisa ke 300,” kata Imran.
Peningkatan indeks pertanaman padi, untuk menutupi kemungkinan turunnya produksi karena kekeringan di lahan yang lain.
Di sisi lain, penggunaan air permukaan di lahan lainnya cukup banyak, termasuk rawa. Rawa digunakan untuk ditanami padi agar saat musim kemarau, lahan tanaman tetap terairi dengan baik. “Di musim hujan airnya mengalir sehingga merusak tanaman. Itulah yang dilakukan oleh pemeritah pusat melalui kegiatan yang kita sebut oplah (optimalisi lahan rawa),” lanjut Imran.
Dengan upaya itu, Pemprov Sulsel optimistis produksi padi tidak akan terganggu meski ada ancaman kekeringan. Kalaupun ada penurunan maka tidak akan terlalu signifikan.
“Sudah ada rawa-rawa yang kita dorong, yang selama ini tidak digunakan untuk tanaman kita gunakan. Ada satu kali kita naikkan dua kali,” kata Imran.
Selain itu, sistem perpompaan juga telah aktif. Ada juga pemanfaatan padi ladang. “Karena ini sudah luar biasa kita lakukan termasuk itu memanfaatkan padi ladang. Biasa orang bilang tumpang sari, dengan tanaman-tanaman perkebunan,” pungkas Imran. (Erlin/S-01)