
MUDIK gratis warga Jateng dari Bandung dilepas oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, Kamis (27/3). Sebanyak 1.100 orang mengikuti mudik gratis yang digelar rutin setiap tahun.
Salah satunya Sefti Nurwati, pemudik asal Banyumas yag bisa mudik ke kampung halaan dan bisa bertemu dengan keluarganya. Air muka perempuan berusia 38 tahun ini berseri-seri karena sudah 60 purnama tidak bisa pulang kampung.
“(Terakhir mudik) sebelum Covid 19,” kata Sefti saat ditemui sebelum pemberangkatan mudik gratis dari Kodiklat TNI AD, Kota Bandung, Jawa Barat.
Ia mengaku senang bisa mengikuti program mudik gratis ini. Dengan begitu, beban pengeluarannya bisa berkurang. Melalui program ini dia bisa kembali bertemu dengan sanak keluarganya.
Sefti merupakan satu dari 1.100 orang dari Bandung Raya dan sekitarnya yang terfasilitasi mudik gratis oleh Pemerintah Provinsi Jateng, kabupaten/kota, Baznas Jateng, dan stakeholder lain yang terlibat. Ada 22 armada bus diberangkatkan dari Kota Bandung.
Hal yang sama dirasakan oleh Sunarti (60), yang berprofesi penjual jamu asal Kabupaten Karanganyar.
Perempuan yang mengaku sudah 40 tahun merantau itu merasa senang bisa mengikuti program ini. Imi merupakan keikutsertaan pertamanya bisa mengikuti program mudik gratis.
“Senang baru sekali ini ikut mudik gratis. Harapannya tahun depan ada lagi, terimakasih sekali ada keringanan naik bus mudik gratis,” ucap dia.
Ketua Paguyuban Cah Karanganyar Rantau (Cakra) di Kota Bandung, Waluyo, mengatakan ada 50 perantau yang ikut dalam rombongan bus tersebut. Mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang.
Ketua Paguyuban Rantau Jawa Tengah (PRJT), Bandung Raya, Farhan Juniaji mengatakan selektif dalam menyaring calon peserta mudik gratis agar tepat sasaran.
Mudik gratis warga Jateng diseleksi
Mudik gratis ini ditujukan untuk kalangan masyarakat yang sangat membutuhkan fasilitas mudik gratis, agar bisa pulang ke kampung halaman.
Dirincikannya, peserta dari kalangan ojek online 17 persen, karyawan 17,6 persen, pedagang kaki lima 11 persen, asisten rumah tangga 11 persen. “Dan 41 persennya campur. Ada honorer, guru ngaji, ibu rumah tangga, dan lain-lain,” ujarnya.
Farhan bercerita, pada kesempatan mudik gratis kali ini mampu memberikan harapan kepada perantau yang bahkan sudah lama tak bisa pulang. Dia mencontohkan ada keluarga yang berprofesi menjadi pemulung dari Cikarang yang telah lima tahun tak bisa mudik.
“Lalu dijemput, diantarkan relawan kami ke Bandung. Alhamdulillah bisa mudik ke Jateng,” kata Farhan.
Ke depan, pihaknya berharap fasilitas armada bus mudik gratis bisa ditambah untuk keberangkatan dari Bandung Raya oleh instansi pemerintahan, maupun donatur lain.
“Karena banyak teman belum terangkut, mudah-mudahan tahun depan bisa lebih banyak lagi. Yang untuk Rembang, Pati, Blora, Kudus, belum ada armadanya,” jelas Farhan.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin, dalam kesempatan itu berinteraksi dengan para pemudik dan seremoni pemberangkatkan langsung.
“Nanti uangnya bisa buat modal lagi, untuk keluarga besarnya di kampung. Uangnya diputar di sana saja supaya perputaran ekonomi bisa baik,” katanya.
Dia juga menawari untuk peserta yang pekerjaannya sebagai pemulung untuk bisa tinggal di Jawa Tengah.
“Yang saudara pemulung, dicek nyuwun datanya masih ada tidak KTP-nya? Kalau mau tinggal di Jateng kita fasilitasi, dilatih, sehingga kemapanan bisa dirasakan keluarga juga. Ini tugas kami,” katanya.
Ia berpesan supaya pengemudi, dan peserta mudik gratis di jalan agar menjaga kesehatan, dan berhati-hati selama perjalanan. Wagub Jateng berterimakasih untuk semua pihak yang terlibat dalam menyukseskan program mudik gratis tersebut. (Htm/S-01)