
KONFLIK harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dengan manusia di Kabupaten Pelalalawan, Riau, menyebabkan seorang pekerja kehutanan tewas diterkam.
“Korban bernama Yafao Zebua, 50 berjenis kelamin laki-laki merupakan karyawan kontraktor bidang pemeliharaan tanaman atau weeding,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Genman Suhefti Hasibuan, Rabu (19/3).
“Korban mengalami luka berupa cakaran di kepala bagian belakang dan leher serta pada bagian daging paha atas kanan,” lanjutnya.
Ia mengatakan pihaknya bergerak cepat menindaklanjuti laporan dari pihak perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) di Pelalawan Kamis (13/3), sekitar pukul 19.00 WIB.
Laporan terkait konflik satwa dilindungi harimau Sumatra tersebut hingga menyebabkan satu orang meninggal dunia.
“BBKSDA Riau melakukan koordinasi dengan pihak perusahaan untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan dan mendapatkan informasi secara lengkap,” kata Genman Suhefti Hasibuan.
Dijelaskannya, pada tanggal 14 Maret 2025, Balai Besar KSDA Riau menurunkan Unit Penyelamatan Satwa (UPS) untuk melakukan kajian dan upaya penanggulangan dan memasang boxtrap dan camera trap.
Harimau sumatra dievakuasi
Boxtrap yang dipasang sebanyak 2 unit pada lokasi TKP dan lokasi dekat camp pekerja yang merupakan jalur lintasan harimau berdasarkan jejak yang ditemukan.
Selain itu, juga dilakukan pemasangan boxtrap pada lokasi, melakukan sosialisasi kepada para pekerja dan melakukan patroli bersama sebagai upaya penanggulangan.
“Dua hari setelahnya, yakni 16 Maret 2024, harimau sumatera ditemukan masuk dalam kandang jebak (Boxtrap) yang dipasang pada lokasi TKP.
Selanjutnya Tim melakukan evakuasi ke camp pekerja dengan menggunakan kendaraan air .
Kemudian dilanjutkan evakuasi ke kandang habituasi untuk dilakukan perlakukan sebelum pelepasliaran ke alam di kemudian hari. Sebagai tindakan pencegahan, kata Genman, untuk beberapa waktu ke depan BBKSDA Riau meningkatkan patroli di area rawan konflik.
Sekaligis edukasi kepada masyarakat tentang cara bertindak bilamana bertemu satwa harimau Sumatra. “Serta mendorong penerapan sistem peringatan dini di sekitar wilayah yang berbatasan dengan habitat satwa liar,” ujarnya.
Konservasi harimau
Menurut Genman dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan semua pihak, diharapkan upaya konservasi harimau Sumatra dapat berjalan tanpa mengancam keselamatan manusia maupun kelestarian satwa liar.
“BBKSDA Riau bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk aparat keamanan, swasta, akademisi, serta organisasi konservasi, terus menerus meningkatkan upaya mitigasi konflik satwa liar di Provinsi Riau,” ungkapnya.
BBKSDA Riau mengimbau kepada masyarakat untuk segera melaporkan jika menemukan jejak atau melihat keberadaan satwa harimau Sumatra di sekitar permukiman. Laporan dapat disampaikan melalui call center BBKSDA Riau atau aparat desa setempat.
Masyarakat tidak melakukan perburuan satwa yang biasa menjadi mangsa satwa harimau Sumatra seperti rusa dan babi hutan untuk menjaga mata rantai makanan. (RUD/S-01)