
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengungkap hasil pengamatan Gunung Merapi selama sepekan terakhir. Hasilnya, selama periode pengamatan tersebut, aktivitas kegempaan Gunung Merapi didominasi dengan gempa Fase Banyak atau Multi Phase (MP) dan gempa Guguran atau Rock Fall (RF).
Kepala BPPTKG Agus Budi Santosa dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/11) menjelaskan selama sepekan, gempa Fase Banyak mencapai 2.226 kali, sedangkan gempa Guguran mencapai 1.116 kali. “Kegempaan lainnya, Frekuensi Rendah atau Low Frequency 15 kali dan gempa Tektonik 8 kali,” katanya.
Kegempaan ini, jelasnya mengindikasikan suplai magma yang masih tinggi sehingga bisa sewaktu-waktu memunculkan terjadinya awanpanas. Diingatkan saat ini Gunung Merapi masih dalam fase erupsi efusif.
Selain gempa, selama sepekan itu juga terjadi guguran lava yang mencapai 196 kali ke arah barat daya masuk hulu Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dari puncak.
“Juga terdengar dua kali suara guguran. Suara dengan intensitas lemah hingga sedang itu terdengar di Pos Kaliurang dan Babadan,” katanya.
Sementara asap kawah tertinggi municipia 250 meter dari puncak gunung yang ketinggiannya 2.968 mdpl tercatat terjadi pada Senin (18/11) pukul 05.05 WIB dari Pos Pengamatan Kaliurang dan Babadan. BPPTKG hingga saai ini masih menetapkan status Siaga atau Level III. (AGT/N-01)