Operasi Modifikasi Cuaca Mampu Turunkan Hotspot

  • Blog
  • July 23, 2024
  • 0 Comments

OPERASI Modifikasi Cuaca yang digiatkan oleh BMKG mampu menurunkan hotspot di area rawan karhutla.

Plt. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menjelaskan, area karhutla di Indonesia pada tahun 2023 menurun hingga 29,6% Jika dibandingkan 2019.

Serta, emisi karbon yang berhasil diturunkan akibat kebakaran hutan pada tahun 2023 mencapai 70,7% dibandingkan tahun 2019.

Seto menjelaskan gambut yang terbakar tidak hanya di permukaan saja namun hingga ke dalam.

Sehingga ketika gambut terbakar semakin dalam maka asapnya akan semakin pekat dan menimbulkan emisi karbon yang banyak.

Dampak besarnya  seperti mempercepat laju perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan memperburuk kesehatan manusia.

“Tetapi paling tidak kalau gambutnya dibasahi maka eskalasi kebakaran mampu dikurangi intensitasnya dan emisi karbonnya pun jauh lebih berkurang dibandingkan tahun 2019,” kata Seto dalam keterangan tertulis, Senin (22/7).

BACA JUGA  Helikopter H225M/Caracal Bantu Patroli Karhutla Riau

“Ini tentu sangat berkontribusi positif untuk upaya komitmen pemerintah Indonesia terkait perubahan iklim bahwa kita mengurangi emisi karbon,” lanjut Seto.

OMC di Sumatra dan Kalimantan

Contohnya Provinsi Riau pada 2014-2015 mengalami kenaikan jumlah hotspot pada Februari-Maret dan puncaknya Juli hingga September.

Seiring masifnya OMC pada musim transisi kemarau pada 2019, puncak hotspot di Riau baru terjadi pada September dengan jumlah titik yang melandai.

Pada tahun 2009, luasan lahan yang terbakar di Riau adalah 120,504 hektare, 183,809 hektare pada 2015, 90,550 hektare pada 2019, dan menurun signifikan pada 2023 yaitu 7,267 hektare.

Hotspot di Provinsi Riau berkurang 93,9% dibandinkan 2019. Kalimantan Tengah juga mengalami penurunan hotspot.

BACA JUGA  Relokasi Korban Bencana di Sumbar Mulai Dikaji

Kalimantan Tengah pada 2009 luasan area yang terbakar yaitu 247,942 hektare, 583, 833 hektare pada 2015, menurun menjadi 317,749 hektare pada 2019, dan 165,896 hektare pada 2023.

OMC juga menyasar area pembangunan infrastruktur penunjang IKN di Kalimantan Timur.

“Selama kegiatan OMC berlangsung penyemaian awan dilakukan pada daerah yang berpotensi menyebabkan hujan di area pembangunan infrastruktur penunjang IKN. Penyemaian awan diprioritaskan pada daerah upwind dengan tujuan awan hujan tidak masuk ke daerah target,” jelas Seto.(*/S-01)

BACA JUGA  BMKG Ingatkan Warga Gorontalo Periksa Konstruksi Bangunan Pascagempa

Siswantini Suryandari

Related Posts

Polda Jateng Tetapkan 6 Tersangka Kerusuhan Mayday

POLDA Jateng menetapkan 6 tersangka dalam aksi unjuk rasa Mayday yang berakhir rusuh di Semarang pada Kamis (1/5). Dari 14 orang yang sempat diamankan, polisi akhirnya telah menetapkan 6 orang…

AS Ingin India dan Pakistan Hindari Konflik di Khasmir

KHASMIR kembali memanas. Amerika Serikat meningkatkan tekanannya terhadap India dan Pakistan agar menghindari konflik di Kashmir. Konflk India dan Pakistan memanas setelah serangan teroris di Pahalgam, Khasmir yang menewaskan 26…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Lewatkan

Almaz Fried Chicken Tambah Outlet di Bandung

  • May 4, 2025
Almaz Fried Chicken Tambah Outlet di Bandung

Olah TKP Kasus Kejahatan Seksual, Polda Jateng Gunakan Metode Ilmiah

  • May 4, 2025
Olah TKP Kasus Kejahatan Seksual, Polda Jateng Gunakan Metode Ilmiah

Bela Palestina, Persis Bandung Ajak Boikot Produk Israel 

  • May 4, 2025
Bela Palestina, Persis Bandung Ajak Boikot Produk Israel 

Bupati Garut Dukung Pelestarian Domba sebagai Identitas dan Potensi Ekonomi

  • May 4, 2025
Bupati Garut Dukung Pelestarian Domba sebagai Identitas dan Potensi Ekonomi